Indonesia rentan terhadap bencana alam dan
peristiwa-peristiwa di luar kendali, yang berpengaruh negative pada bisnis dan
hasil usaha. Banyak daerah di Indonesia, termasuk daerah dimana kita
beroperasi, rentan terhadap bencana alam seperti banjir, angin ribut, gempa
bumi, tsunami, kebakaran dan juga kekeringan dan peristiwa lainnya yang yang berada
di luar kendali kita. Kepulauan Indonesia adalah salah satu daerah vulkanik
paling aktif di dunia karena berada di zona konvergensi dari tiga lempeng
litosfer utama, sehingga mengalami aktivitas seismic yang dapat menyebabkan
gempa bumi, tsunami atau gelombang pasang yang merusak. Dari waktu ke waktu
bencana alam telah banyak menelan korban jiwa, merugikan atau membuat sejumlah
besar masyarakat mengungsi dan merusak peralatan. Dalam beberapa tahun
terakhir, beberapa bencana alam telah terjadi di Indonesia (selain tsunami Aceh
pada tahun 2004), dan tsunami di Pangandaran, Jawa Barat pada tahun 2006, Gempa
Bumi di Yogyakarta, Jawa Tengah pada tahun 2006, erupsi yang kemudian
berkembang menjadi banjir lumpur panas di Sidoarjo Jawa Timur di tahun 2006, dan
kembali gempa bumi di Sumatra Barat.
Gempa bumi tektonik berkekuatan 7,6 skala
Richter yang melanda kabupaten Padang
Pariaman, dan kota padang,Sumatra Barat. 75 orang meninggal..Gempa dengan
guncangan kuat itu membuat panik ribuan warga Pariaman dan Kota Padang yang
langsung berhamburan keluar rumah, bahkan sebagian lari ke tempat tinggi karena
kwatir akan terjadi tsunami. Dampak gempa sangat luar biasa sebab sejumlah
bangunan, seperti kantor Dinas, Pekerjaan Umum, bahkan kaca-kaca dan dinding
kantor pusat PT. Telkom di Jalan KH.A Dahlan juga hancur bahkan hubungan
telepon ke Ibukota Sumbar itu terputus serta aliran listrik padam, sehingga
warga nyaris tidak bisa berkomunikasi baik local maupun dari luar Padang, Kota
Padang nyaris seperti kota mati.
Banyak warga yang mengungsi ke markas
Polda dan situasi instruksi Kapolda seluruh kompleks, Markas Polda untuk
pengungsian pertama.
Gempa yang terjadi di Padang, Sumatra
Barat yang menyebabkan kerusakan asset perusahaan dan menggangu penyediaan
layanan telekomunikasi di beberapa lokasi. Dan disini Tim Manajemen Krisis
berusaha buat memulihkan layanan tersebut dengan cepat.
Di sini peran perusahaan dalam
penanggulangan Bencana, upaya penanggulangan bencana saat ini, apabila
dikaitkan dengan siklus manajmen bencana maka sebagian besar perusahaan
masihlah berkutat pada upaya tanggapan darurat, dan masih sangat sedikit yang
masuk dalam ranah pencegahan, pengurangan risiko bencana, maupun pengembalian
penghidupan masyarakat pasca bencana.
Kontribusi perusahaan dalam masalah
kebencanaan memang sangat tergantung pada seberapa besar tingkat kesadaran,
khususnya manajemen puncak, pemilik atau pemegang saham perusahaan tersebut.
Semakin tinggi kesadarannya tentu harapan untuk memberikan komitmen yang semakin
besar terhadap upaya penanggulangan bencana dapat diwujudkan dengan mudah.
Sebaliknya, jika tingkat kesadaran dari manajemen, pemilik maupun pemegang
saham perusahaan masih rendah, akan sulit untuk memintakan komitmen yang lebih
dalam upaya penanggulangan bencana. Padahal dengan tingkat komitmen yang
ditinggi, diharapkan kontribusi nyata yang yang diberikan perusahaan pun akan
semakin tinggi.
Jika bencana berpotensi menimbulkan
kerugian dan berdampak langsung pada asset-aset perusahaan atau manakala perusahaan
berkepentingan menciptakan citra positif di mata pemangku kepentingan dan
media.
Setiap krisis pasti mengandung krisis
informasi, terjadi kekurangan atau kelebihan informasi, munculnya rumor, yang
semuanya mengakibatkan ketidakpastian. Jika public relations tidak mampu
mengontrol informasi yang tepat maka ia gagal mengontrol krisis. Ketika terjadi
krisis hal-hal yang harus dilakukan oleh public relations antara lain mengemas
informasi terhadap public dapat dilakukan dengan cara :
Instructing Information, Adjusting
Information, Internalizing Information. Manajemen krisis
mesti menjadikan keselamatan public sebagai prioritas nomor satu daripada focus
pada menjaga reputasi, artinya harus ada upaya-upaya melindungi public (dalam
hal ini korban) dari ancaman kerusakan social, fisik, maupun psikologi. Jika
tidak maka kredibilitas dan reputasi perusahaan akan jatuh. Maka disini seorang
manajemen krisis dan public relations berperan penting dalam mengembalikan
kerugian asset perusahaan yang
disebabkan oleh gempa bumi.
Disini
kita tidak tahu kapan bencana alam akan terjadi, maka dari itu sebaiknya
pihak perusahaan memiliki rencana dalam mengahadapi krisis dan menghindari
keputusan yang justru akan membuat perusahaan terperosok lebih jauh dalam
krisis, mereka harus tahu scenario terburuk yang akan terjadi dan harus
mempunyai plan dalam menghadapinya. Jika rencana yang disusun tidak berhasil
dan tidak sesuai dengan yang diharapkan, sehingga krisis pun terjadi.
Langkah-langkah yang diambil adalah:
- Memperbaiki atau mengimplementasikan rencana krisis
- Mengkomunikasikan tindakan yang diambil untuk mengatasi krisis
- Menangani public yang terkena dampak
- Menerapkan program komunikasi internal dan menjalankan program sehari-hari dengan normal.
Walaupun krisis telah terjadi, disini Tim
Manajemen Krisis kami berhasil memulihkan layana telekomunikasi di wilayah
Padang, Sumatra Barat. Dan saat ini layanan komunikasi SMS daan suara
berangsur pulih dibeberapa titik
strategis kota Padang dan sekitarnya berangsur pulih pasca gempa bumi
berkekuatan 7,6 SR.
Disini Tim Manajemen Krisis bekerja sama
dengan pihak Telkom lainnya untuk memulihkan layanan Telkom. Dan layanan
telekomunikasi diwilayah Sumatra Barat sudah mulai normal dan lancar.
Pasca terjadi gempa Telkomsel memberikan gratis
SMS selama tujuh hari bagi seluruh pelanggan yang berada di Padang dan
sekitarnya, serta memperpanjang masa aktif dan masa isi ulang bagi seluruh
pelanggan prabayar nomor padang.
Itulah tugas seorang manajemen krisis dan
public relations dalam menaikkan reputasinya.
Penulis: Fitriani
0 komentar