Fink (1986,
dikutip di Coombs, 2010:22) adalah orang yang pertama kali menyimpulkan bahwa
krisis terjadi melalui beberapa tahapan, yang disebut model perkembangan krisis.
Model Fink ini terdiri dari 4 tahapan yaitu:
1.
prodormal, adanya tanda-tanda
peringatan munculnya krisis. Tahap prodromal biasanya
muncul dalam salah satu dari tiga bentuk ini: Jelas sekali :Gejala-gejala awal terlihat jelas. Misalnya
ketika karyawan datang ke manajemen untuk meminta kenaikan gaji, perbedaan
pendapat di antara direksi, kerusakan alat di pabrik (internal); selebaran
gelap di masyarakat (eksternal).Samar-samar :Gejala yang muncul tampak samar-samar karena sulit menginterpretasikan
dan menduga luasnya suatu kejadian. Misalnya deregulasi, munculnya pesaing
baru, ucapan pembentuk opini kadang-kadang tidak langsung terasa dampaknya pada
perusahaan, namun dapat menjadi masalah besar di kemudian hari.Sama sekali tidak terlihat: Gejala-gejala krisis bisa tak terlihat sama sekali. Misalnya kerugian
yang dialami salah satu produk atau salah satu lini yang dirasakan wajar oleh
sebuah perusahaan. Namun yang terpikirkan oleh perusahaan tersebut adalah
seberapa jauh kerugian itu dapat menjadi kanibal seperti kasus Bank Summa yang
menelan saham keluarga Suryadjaya pada PT. Astra Internasional.
2.
accute, yaitu terjadi
krisis, Tahap akut adalah tahap antara, yang paling pendek waktunya dibanding
dengan tahap-tahap lainnya, tetapi merupakan masa yang cukup menegangkan dan
paling melelahkan bagi tim yang menangani masalah krisis tersebut. Bila ia
lewat, maka umumnya akan segera memasuki tahap kronis.
3.
chromic, yaitu priode
pemulihan. Pada tahap ini, pristiwa krisis masih tersimpan dalam ingatan
orang-orang untuk waktu yang cukup lama, Tahap ini juga merupakan masa pemulihan
citra dan upaya meraih kembali kepercayaan dari masyarakat, di samping juga
merupakan masa untuk mengadakan “introspeksi” ke dalam dan keluar mengapa
peristiwa tersebut bisa terjadi (recovery & self analysis). Masa ini
berlangsung cukup panjang, tergantung pada jenis dan bentuk krisisnya.
Contohnya adalah Bank Duta. Begitu selesai mengatasi masa krisis, perbaikan
struktur manajemen atau organisasi, rekapitalisasi dan operasinya, bank
tersebut tumbuh dan berhasil pulih kembali dalam khazanah dunia perbankan.
4.
crisis resolution, organisasi
dapat melakukan aktivitas secara normal lagi. Meski bencana besar
telah berlalu, manajemen tetap perlu berhati-hati karena terdapat kemungkinan
krisis kembali ke keadaan semula (tahap prodromal). Khususnya departemen humas,
harus lebih siap dengan “strategi manajemen krisis” untuk mengantisipasi hal
serupa di kemudian hari, baik untuk krisis yang sama maupun untuk krisis yang
lain.
Setelah Fink,
bermunculan beberapa model manajemen krisis. Smith (1990, dikutip di Coombs,
2010), membangun model 3 tahap proses manajemen krisis: crisis management, yaitu krisis pada tahap
awal yang terus dijaga dan diawasi perkembangan krisis, operational crisis,
yaitu tahap ketika muncul pristiwa yang memicu dan muncul respon pertama kali, crisis of legitimation, suatu tahap
ketika respon-respon komunikatif sudah tersedia, ada ketertarikan dan perhatian
media massa dan pemerintah, dan pembelajaran organisasi terjadi.disini tampak
jelas bahwa Smith menjelaskan manajemen krisis sama dengan perkembangan
krisisnya sendiri.
Sementara itu
komunikasi krisis dapat dikelompokkan menjadi dua tipe dasar, yaitu menejemen
pengetahuan krisis dan menejemen reaksi publik (Coombs, 2010). Strategi
komunikasi krisis pada jenis pertama diarahkan untuk mengidentifikasi
sumber-sumber informasi, mengumpulkan informasi, dan menganalisis informasi.
Ketiga hal itu merupakan aktivitas berbagai pengetahuan tentang krisis
dikalangan internal untuk pembuatan keputusan. Strategi manajemen pengetahuan
krisis, menurut Coombs, 2010. “is behind the scene”, yaitu trjadi didalam kerja
tim menejemen krisis. Sementara jenis kedua, menejemen reaksi publik,
mengarahkan semua proses komunikasi untuk memengaruhi persepsi publik tentang
krisis, persepsi tentang organisasi dan segala upaya organisasi mengtasi
krisis. Saya menambahkan dengan strategi merestorasi citra, yaitu mengembalikan
atau memulihkan reputasi yang sempat hilang akibat krisis. Model manajemen
krisis dan komunikasi krisis disesuaikan dengan tahapan krisis (tabel dibawah).
Tahap krisis
|
Model Manajemen Krisis
|
Model Komunikasi Krisi
|
Pra krisis
|
Signal detection,
prevention, preparation.
|
Membentuk pengetahuan
tentang krisis (lebih bersifat internal), menyamakan persepsi diantara
anggota organisasi.
|
Krisis
|
Mengetahui
pristiwa-pristiwa pemicu dan respon, damage containment.
|
Memengaruhi persepsi
publik tentang krisis, persepsi tentang organisasi dan segala upaya
organisasi mengatasi krisis.
|
Pasca krisis
|
Recovery, learning,
follow up informasi dengan publik, kerjasama untuk investigasi, berupaya
kembali normal.
|
Memulihkan reputasi dan
mengembalikan reputasi yang sempat hilang akibat krisis.
|
Sumber:
Kritantono,
Rachmat. 2012. Public Relation & Crisis Management. Jakarta: Kencana
Wongsonagoro,
Maria. “Crisis Management & Issues Management” (The Basics of Public Relations).
Jakarta: IPM Public Relations, 24 Juni 1995.
Penulis: Suri Patmasari
Penulis: Suri Patmasari
0 komentar