Jumat, 02 November 2018

Tahap Perkembangan Isu


Sesungguhnya manajemen isu dan manajemen krisis adalah dua hal berbeda namun saling berkaitan satu sama lain. jika melihat dari siklus atau tahapan isu dapat dikataan jika manajemen isu dilakukan sebagai antisipasi sebelum terjadinya krisis dan tetap harus dilakukan ketika krisis sedang berlangsung. Selain itu penting juga untuk dicatat bahwa isu adalah sesuatu yang tidak pernah mati, namun hanya menjadi tenang. Sedangkan krisis sendiri muncul pada tahap lanjut dari sebuah isu yang tidak dikelola dengan baik. Karena itu seringkali perbedaan antara isu dan krisis menjadi tipis dan samar samar. Karena itu  sangatlah penting bagi public Relations untuk memahami tahap perkembangan isu. Perkembangan dan tahapan isu sendiri menurut Hainsworth (Regester & Larkin, 2003:47), dapat diobservasi dalam cara yang dapat diprediksi, bersumber dari tren atau peristiwa yang berkembang melalui suatu rangkaian tingkatan yang dapat diidentifikasi serta tidak berbeda dari siklus perkembangan sebuah produk. Trend (tren) sendiri menurut Howard Chase adalah perubahan yang terdeteksi yang mendahului issue.

Karena tipisnya perbedaan antara isu dan krisis, sangatlah penting bagi public Relationsuntuk memahami tahap perkembangan isu. Crable & Vibbert (Smudde, 2001), dan Gaunt & Ollenburger (1995) mengatakan bahwa isu sering berubah menjadi krisis melalui beberapa tahap, yaitu potential, imminent, cuttent, critical, dan dormant. Kemudian kelima tahap ini dikombinasikan dengan tahapan isu yang disampaikan oleh Hainsworsth (1990, dan Meng, 1992, dikutip di Regester & Larkin, 2008), yaitu: origin, mediation dan amplification, organization dan resolution.

A.      Tahap Origin (Potential stage)

Pada tahap ini, tidak ada isu yang jelas dan tampak, namun kondisi muncul tampak jelas. Dalam tahap ini, ada liputan media yang signifikan, namun masyarakat, stakeholders, regulator atau organisasi/perusahaan yang sedang mengalami hal ini tidak mendefinisikan masalah. Pada tahap ini juga biasanya  seseorang atau kelompok mengekspresikan perhatiannya pada isu dan memberikan opini. Mereka juga melakukan tindakan tindakan tertentu berkaitan dengan isu yang dianggap penting. Ini adalah tahap penting yang menentukan apakah isu dapat kelola dengan baik atau tidak.  Public Relations mesti proaktif untuk memonitor (scanning) lingkungannya.

B.       Tahap Mediation dan Amplification (imminient stage/emerging)

Pada tahap ini, isu berkembang karena isu-isu tersebut telah mempunyai dukungan publik, yaitu ada kelompok-kelompok yang lain saling mendukung dan memberikan perhatian pada isu-isu tersebut. Pada tahap ini, tekanan-tekanan sudah mulai dirasakan organisasi untuk menerima isu. Menurut Regester & Larkin (2008), pada tahap ini sebenarnya oranisasi masih dapat menjaga agar isu tidak membesar. Tetapi, seringkali terjadi organisasi kesulitan karena saat mereka memperhatikan satu isu yang dianggap penting ternyata muncul isu susulan. Dalam hal ini, organisasi sebaiknya tidak terfokus pada satu isu tetapi juga memperhatikan isu-isu lainnya. Pada tahap ini, organisasi mesti mulai berupaya mengelola arus informasi dengan menyediakan informasi yang aktual, benar, berbasis data dan membuka saluran komunikasi dua arah. Tujuannya adalah agar isu tidak membesar melalui pemberitaan media, mumpung pada tahap ini pemberitaan media masih bersifat sporadicdan hanya dilakukan beberapa media saja.

C.      Tahap Organization (Current stage dan critical stage)

Ini merupakan tahap akut, dimana krisis sudah menyerang, dan organisasi tidak punya pilihan lain kecuali melakukan tindakan. Saat ini organisasi tidak bisa diam lagi. Pada tahap ini sudah mulai adanya kemarahan publik yang menuntut perubahan, pengawasan media dan keterlibatan regulasi. Stakeholder sangat menyadari perubahan, dan organisasi atau industri dalam krisis mengalami penurunan ekuitas merek  serta keuntungan yang signifikan. Meskipun ada banyak definisi mengenai krisis, namun secara garis besar dapat dikatakan bahwa Krisis adalah suatu peristiwa yang merupakan tak terduga, ancaman utama yang dapat memiliki efek negatif pada organisasi, industri atau stakeholder jika tidak ditangani dengan tepat. Karena itu dapat dikatakan tahapan ini juga merupakan tahap organisasi, karena pada tahap ini publik sudah mulai mengorganisasikan diri dan membentuk jaringan-jaringan. Isu berkembang menjadi lebih popular karena media massa memberitakannya berulang kali dengan eskalasi yang tinggi dan ditambah interaksi di media sosial dan jaringan. Akibatnya, isu menjadi diskusi publik dan bermunculan beberapa pemimpin opini publik. Mereka biasanya memberikan komentar-komentar yang mempengaruhi publik melalui media massa.

Sementara itu, critical stage terjadi bila publik mulai terbagi dalam dua kelompok, setuju dan menentang. Menurut Hainsworth, tahap ini dapat disebut tahap krisis. Masing-masing pihak berupaya mempengaruhi pengambil kebijakan untuk semakin terlibat, sebagai penengah/pemecah masalah yang lebih memihak pada kelompok tertentu. Dalam situasi ini, media massa memegang peran penting karena kemampuannya dalam diseminasi pesan dan pembentuk opini. Karena itu Public Relations diharapkan memberikan informasi yang jelas, terbuka, dan jujur kepada media massa dan diharapkan membangun relasi yang baik dengan media untuk memperoleh publisitas positif.

D.      Tahap Resolution (dormant stage)

Pada tahap ini, pada dasarnya organisasi dapat mengatasi isu dengan baik, sehingga isu diasumsikan telah berakhir sampai seseorang memunculkan kembali dengan pemikiran dan persoalan baru atau muncul isu baru yang ternyata mempunyai keterkaitan dengan isu sebelumnya atau pada waktu peringatan saat isu mulai muncul pertama kali. Kondisi-kondisi diatas dapat memunculkan isu yang sama kembali jika masih terdapat ketidakpuasan pada publik

Model  Proses Manajemen Isu

Sebagaimana dibahas diatas, bahwa model proses manajemen isu sendiri sangat bervariasi. Satu diantaranya adalah model yang dikemukakan Chase & Jones (dalam Regester & Larkin, 2003:59-60; Chase, 1984:38-68; Harrison, 2001). Model ini terdiri dari lima tahap, diantaranya adalah :

1.        Identifikasi Issue:

Tujuan utama identifikasi issue adalah untuk menempatkan prioritas awal atas berbagai issue yang mulai muncul.  Issue-issue tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan:

-Jenis: sosial, ekonomis, politis, teknologis
-Sumber Respon: sistem bisnis, industri, perusahaan, anak perusahaan, departemen
-Geografi: internasional, nasional, regional, daerah, lokal
-Jarak terhadap kontrol: tak terkontrol, agak terkontrol, terkontrol
-Kepentingan: segera, penting

2.        Analisis Issue:

Fokus utama dalam tahap ini adalah untuk memanfaatkan pengalaman masa lalu dengan isu saat ini. Hal ini dapat dilakukan dengan  pengamatan/penelitian kuantitatif dan kualitatif mengenai bagaimana yang orang rasakan berkaitan dengan isu tersebut, tindakan apa yang telah diambil, bagaimana perusahaan melakukan sesuatu dengan hal tersebut. Secara umum, harus dilihat bagaimana dampak isu tersebut terhadap organisasi dengan melihat  posisi perusahaan pada saat ini serta kekuatan dan kelemahannya dalam memposisikan diri untuk berperan dalam pembentukan issue akan membantu untuk memberikan fokus yang jelas bagi tahap perencanaan tindakan.Riset aplikasi tentang hubungan issue terhadap perusahaan harus ditargetkan pada para pembentuk opini dan penanggungjawab media. Tahap riset dan analisa awal ini akan membantu mengidentifikasi apa yang dikatakan oleh para individu dan kelompok berpengaruh tentang issue-issue dan memberikan ide yang jelas pada manajemen tentang asal serta perkembangan issue-issue tersebut.

3.        Pilihan Strategi Perubahan Issue :

Tahap ini melibatkan pembuatan keputusan-keputusan dasar tentang respon organisasi. Pada dasarnya, setiap isu memerlukan “posisi/sikap.” Ada beberapa alternatif sikap yang bisa diambil oleh organisasi, yang dapat bersifat reaktif, adaptif atau dinamis :

  1. Strategi Perubahan Reaktif : Mengacu pada keengganan suatu organisasi untuk berubah dengan penekanan pada melanjutkan sikap lama, contohnya dengan berusaha untuk menunda keputusan kebijakan publik yang tidak bisa dihindari. Keengganan untuk berubah ini jarang menyisakan ruang bagi kompromi terhadap masalah legislatif.
  2. Strategi Perubahan Adaptif : Menyarankan pada keterbukaan terhadap perubahan serta kesadaran bahwa hal ini tidak bisa dihindari. Pendekatan ini berlandaskan pada perencanaan untuk mengantisipasi perubahan serta menawarkan dialog konstruktif untuk menemukan sebuah bentuk kompromi atau akomodasi.
  3. Strategi Respon Dinamis : Mengantisipasi dan mengusahakan untuk membentuk arah keputusan kebijakan publik dengan menentukan bagaimana berkampanye melawan issue akan dilakukan. Pendekatan ini menjadikan organisasi sebagai pelopor pendukung perubahan.

4.        Pemrograman Tindakan Terhadap Issue

Dalam tahap ini Organisasi harus memutuskan kebijakan yang mendukung perubahan yang diinginkan untuk masuk ke tahap keempat. Oleh karena itu semua bagian organisasi harus dimanfaatkan dan disinkronisasikan satu sama lain. dengan kata lain tahap ini membutuhkan koordinasi sumber-sumber untuk menyediakan dukungan maksimal agar tujuan dan target dapat tercapai.

5.        Evaluasi Hasil

Tahap akhir adalah mengevaluasi hasil program yang didapat (actual) dibandingkan dengan hasil program yang diinginkan.


Penulis: Hesti Rahayu
Load disqus comments

0 komentar