Sari Roti merupakan sebuah merek roti ternama
di Indonesia yang diproduksi oleh PT. Nippon Indosari Corpindo. Merek roti ini
pertama kali ditampilkan pada tahun 1995. Saat ini PT. Nippon Indosari Corpindo
telah memproduksi berbagai macam produk roti tawar dan roti manis dengan merek
dagang Sari Roti dan Boti, serta memproduksi chiffon cake dengan merek dagang
Sari Cake. Sari Roti memiliki visi yaitu senantiasa tumbuh dan mempertahankan
posisi sebagai perusahaan roti terbesar di Indonesia melalui penetrasi pasar
yang lebih luas dan dalam dengan menggunakan jaringan distribusi yang luas
untuk menjangkau Konsumen di seluruh Indonesia. Dengan misinya adalah
memproduksi dan mendistribusikan beragam produk yang halal, berkualitas tinggi,
higienis dan terjangkau bagi seluruh Konsumen Indonesia.
PT. Nippon Indosari Corpindo memiliki 8 pabrik yang tersebar di daerah Bekasi (Jawa Barat), Pasuruan (Jawa Timur), Semarang (Jawa Tengah), Medan (Sumatera Utara), Palembang (Sumatera Selatan), Makassar (Sulawesi Selatan) yang juga memproduksi Sari Roti. Selain itu, Sari Roti juga memiliki berbagai penghargaan diantaranya Top Brand Award 2009,2010 , Top Brands for Kids Award 2009,2010 , Marketing Award 2010, Rekor Bisnis Indonesia 2011.
Artikel Dan Berita Kasus Perusahaan
Krisis manajemen yang terjadi pada Sari Roti
terjadi pada saat adanya aksi 212 (2016), yaitu gerobak yang tertempel logo
Sari Roti itu juga terdapat kertas yang ditempelkan bertuliskan "Gratis
untuk Mujahid". Banyak netizen yang kagum dengan aksi pedagang tersebut.
Namun sehari setelah Aksi 212, pihak Sari Roti langsung mengeluarkan pernyataan
melalui laman web Sari Roti. Dalam pernyataan tersebut disebutkan bahwa aksi
bagi-bagi roti gratis tersebut dilakukan tanpa sepengetahuan manajemen
perusahaan. Pernyataan pihak Sari Roti inipun kembali viral. Banyak yang
menyayangkan sikap Sari Roti tersebut.
Setelah Sari Roti tiba-tiba mengeluarkan klarifikasi yang dalam poin-poinnya ditangkap kesan bahwa Aksi 212 adalah hal negatif, maka dalam hitungan jam klarifikasi tersebut menjadi sasaran cemooh netizen dimedia sosial yaitu tagar #BoikotSariRoti. Dengan tagar tersebut, terjadi penumpukan stok Sari Roti yang dijajakan door to door dengan gerobak sepeda serta di etalase minimarket. Banyak netizen melaporkan hal yang sama disertai foto-foto berupa stok Sari Roti rak minimarket. Bahkan ada jaringan minimarket lokal yang memasang pengumuman tidak menjual produk Sari Roti. Saluran distribusi eceran ditutup. Hal tersebut membuat Sari Roti masuk ke gerbang krisis brand saat itu.
Analisa Manajemen Krisis
a.
Analisa Kategori Krisis Berdasarkan Waktu
Claudia Rienhardt (1987) mengkategorikan krisis
berdasarkan waktu yaitu :
1.
Krisis bersifat segera (immediate crises)
Kategori krisis yang paling ditakuti karena
terjadi begitu tiba-tiba, tidak terduga dan tidak diharapkan. Krisis ini
membutuhkan konsensus terlebih dahulu pada level manjemen puncak untuk
mempersiapkan rencana umum (general plan) mengenai bagaiman bereaksi jika
terjadi krisis yang bersifat segera agar tidak menimbulkan kebingungan, konflik
dan penundaan dalam menangani krisis yang muncul.
2.
Krisis baru muncul (emerging cries)
Kategori krisis yang masih memungkinkan
praktisi humas (PR) untuk melakukan penelitian dan perencanaan terlebih dahulu,
namun krisis dapat meledak jika terlalu lama ditangani.
3.
Krisis bertahan (sustained cries)
Kategori krisis yang akan tetap muncul selama
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun walaupun telah dilakukan upaya terbaik
oleh pihak manajemen perusahaan atau organisasi untuk mengatasinya.
Analisa : Pada kasus manajemen krisis Sari Roti termasuk kedalam kategori krisis yang bersifat segera, karena kasus tersebut tiba-tiba, tidak terduga dan tidak diharapkan. Boikot akan Sari Roti di media sosial seperti populernya tagar #BoikotSariRoti sebagai bentuk tanggapan atau kekecewaan netizen tersebut terjadi secara tiba-tiba dan tak terduga. Tak terduga oleh Sari Roti karena klarifikasi Sari Roti tersebut dengan harapan memperbaiki citra yang malah berbalik. Karena hal tersebutlah produk-produk Sari Roti menjadi kurang diminati saat itu sehingga menimbulkan krisis manajemen saat itu pula secara tiba-tiba.
b.
Level Perkembangan Krisis
Menurut pendapat Steven Fink (1986) dapat
dikategorikan kedalam empat level perkembangan, yakni:
1.
Masa Prekrisis (Predromal Crisis Stage)
Suatu krisis yang besar biasanya telah
didahului oleh suatu pertanda bahwa bakal ada krisis yang terjadi. Masa
terjadinya atau munculnya pertanda ini disebut masa pre-krisis.
Analisa : Pada kasus manajemen krisis Sari Roti ini, tidak terjadi masa prekrisis (predomal) karena krisis tersebut terjadi secara tiba-tiba dan tanpa tanda-tanda.
2.
Masa Krisis Akut (Acute Crisis Stage)
Bila pre-krisis tidak dideteksi dan tidak
diambil tindakan yang sesuai maka masa yang paling ditakuti akan terjadi. Masa
krisis akut ini jika dibandingkan dengan masa krisis kronis jauh lebih singkat.
Tetapi masa akut adalah masa yang paling menegangkan dan paling melelahkan
anggota tim yang menangani krisis.
Analisa : Pada kasus manajemen krisis Sari Roti
ini, masa kritis akut terjadi setelah Sari Roti mengelurarkan pernyataan. Yaitu
mulai dengan kemarahan atau ketidak terimaan sebagian masyarakat yang
diungkapkan melalui media sosial, yaitu dengan populernya tagar
#BoikotSariRoti. Hal tersebut yang merembet pada penjualan Sari Roti yaitu kurang
lakunya Sari Roti seketika itu.
3.
Masa Krisis Kronis (Chronic Crisis Stage).
Masa ini adalah masa pembersihan akibat dari
krisis akut. Masa ini adalah masa ‘recovery’, masa mengintrospeksi kenapa
krisis sampai terjadi. Masa ini bagi mereka yang gagal total menangani krisis
adalah masa kegoncangan manajemen atau masa kebangkrutan perusahaan. Bagi
mereka yang bisa menangani krisis dengan baik ini adalah masa yang
menenangkan.Masa kronis berlangsung panjang, tergantung pada jenis krisis. Masa
kronis adalah masa pengembalian kepercayaan publik terhadap perusahaan.
Analisa : Pada kasus manajemen krisis Sari
Roti, masa kritis kronis dilalui Sari Roti dengan melakukan rebranding , yaitu
dengan merubah kemasan produk. Masa ini dilakukan saat pers mulai letih untuk
memberitakan kasus tersebut. dan langkah yang dipihak Sari Roti yaitu dengan
bungkam dan tidak melakukan klarifikasi lagi, namun mereka me rebranding produk
mereka.
4.
Masa Resolusi Krisis (Crisis Resolution Stage).
Masa ini adalah masa perusahaan sehat kembali
seperti keadaan sediakala. Pada fase ini perusahaan akan semakin sadar bahwa
krisis dapat terjadi sewaktu-waktu dan lebih mempersiapkan diri untuk
menghadapinya.
Analisa : Pada kasus manajemen krisis Sari
Roti, masa resolusi krisis nya adalah Sari Roti mengadakan kegiatan sosial
seperti penyuluhan gizi anak sekolah tentang sarapan sehat di berbagai kota dan
pengobatan gratis dengan harapan mengembalikan kepercayaan masyarakat dan
menabungnya guna menghadapi manajemen krisis yang akan terjadi mendatang.
Penulis: Ahmad Siddik
0 komentar