Minggu, 04 November 2018

Strategi Public Relations dalam Manajemen Krisis


Hubungan masyarakat adalah suatu fungsi manajemen yang dapat membantu dalam memilih saluran komunikasi bersama, saling pengertian, pengendalian dan kerjasama diantara organisasi dengan publik-publikya untuk membicarakan isu-isu pengelolaan, meningkatkan pengetahuan dan tanggap terhadap pendapat umum, serta mengabdi dengan penuh tanggung jawab terhadap kepentingan umum, bertindak untuk memberikan arah kebijakan yang ditempuh organisasi melalui riset dan teknik-teknik komunikasi sebagai instrumennya. (Adnan dan Cangara, 1996 : 21) Strategi yang digunakan praktisi Public Relations dalam merespon krisis menunjukkan bagaimana sikap yang diambil oleh organisasi pada saat krisis sedang berlangsung, sehingga posisi Public Relations dalam manajemen krisis bisa diibaratkan sebagai ujung tombak. Agar fungsi strategis ini dapat dijalankan dengan baik, posisi bidang Public Relations harus langsung dibawah pimpinan puncak.

Menurut Cultip & Center, dalam bukunya Effective Public Speaking mengatakan bahwa idealnya bagian Humas dimasukkan dalam staf inti, langsung berada dibawah pimpinan (decision making) atau top managers, agar lebih mampu dalam menjalankan tugasnya. Dengan posisi tersebut Praktisi PR/Humas dapat mengetahui secara langsung latar belakang dari suatu keputusan yang diambil oleh pimpinan lembaga, sehingga langsung mendapat bahan informasi untuk disampaikan kepada public yang bersangkutan. Dengan demikian insan public relations mempunyai kewenangan yang memungkin kan fungsi tersebut dapat dijalankan secara efektif. Dalam kaitannya dengan penanganan krisis, public relations memiliki tanggung jawab besar, mengingat dampak negatif dan kerugian besar, bahkan citra organisasi atau perusahaan akan terancam dengan adanya krisis.

Praktisi Public Relations sebagai bagian yang ikut berkepentingan menangani krisis, dapat menggunakan strategi 3P, sebagai berikut:

1.        Strategi pencegahan

Yaitu tindakan preventif melalui antisipasi terhadap situasi krisis. Dalam hal ini Public Relations dituntut memiliki kepekaan terhadap gejala-gejala yang timbul diawal sebelum krisis terjadi, dituntut untuk memiliki kemampuan berpikir strategis dalam menganalisa dan sekaligus memposisikan masalah krisis agar nantinya dapat dicegah secara dini.

2.        Strategi persiapan

Apabila krisis tidak dapat dicegah sejak dini, maka diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :

Membentuk tim krisis harus selalu mengadakan komunikasi agar suasana krisis dapat terpantau.
Tim krisis harus dapat informasi yang jelas dan akurat tentang perkembangan krisis, sehingga informasi yang diberikan kepada pers tidak menyimpang dengan situasi yang sebenarnya.

3.        Strategi penanggulangan

Yaitu apabila strategi pencegahan dan persiapan tidak sempat dilaksanakan, langkah terakhir yang diambil strategi penaggulangan yaitu masa kuratif. Dalam strategi penanggulangan terdapat langkahlangkah yang harus diambil sesuai dengan situasi dan kondisi. Penanggulangan krisis harus segera diatasi, sebab hal tersebut dilakukan agar krisis tidak menyebar dan berkembang ke sektor lain. Selain itu agar operasional organisasi tidak terganggu dan berjalan efektif. Dengan mengevaluasi krisis yang terjadi bertujuan untuk melihat sejauh mana perkembangan krisis di masyarakat, serta untuk mengetahui dimana kelemahan dan kelebihan dalam pelaksanaan program manajemen krisis. Soemirat dan Ardianto menawarkan strategi penganggulangan krisis sebagai tindakan kuratif. Tindakan ini dilakukan jika krisis telah benar-benar terjadi dan tidak sempat atau dapat mencegahnya. Strategi penaggulangan tersebut mencakup dua hal :

1.        Kondisi Krisis Akut

Penanggulangan yang dilakukan dalam kondisi ini meliputi :

a.         Identifikasi krisis

Ini merupakan langkah awal dan pertama yang harus dilakukan oleh suatu lembaga untuk menentukan jenis krisis, bentuk krisis dan penyebab krisis. Sebab hal ini akan menentukan scenario yang akan diambil.

b.        Isolasi krisis

Langkah ini dilakukan selain agar krisis tidak menyebar ke sector lain juga agar kegiatan operasional tidak terganggu dan efektifitas penanggulangan dapat ditingkatkan serta kosentrasi Public relations tidak terpecah.

c.         Pengendalian Krisis

Pengendalian sangat berkaitan erat dengan identifikasi krisis. Umumnya setelah krisis berhasil diidentifikasi penanggulangan dapat dilaksanakan yang berarti krisis berhasil dikendalikan.

2.        Kondisi Kesembuhan

Kondisi ini merupakan saat dimana suatu lembaga mengintropeksi dan melakukan evaluasi mengapa krisis bisa terjadi. Ketika dinyatakan sembuh dari krisis dan bisa beroperasi kembali seperti semula, maka untuk mengembalikan nama baik dan citra akan menjadi tugas Public Relations.

Disamping itu masih ada tugas yang penting bagi manajemen (melalui public relationsnya) yaitu mengevaluasi setiap langkah yang diambil dalam melaksanakan program manajemen krisis. Evalusi ini dilakukan untuk mengetahui dimana kelemahan dan kelebihan dalam melaksanakan program manajemen krisis. Sebelum mengambil langkah-langkah komunikasi untuk menanggulangi krisis, penetapan strategi generik perlu dilakukan, antara lain: (Kasali, 1994).

1.        Defesive Strategy (startegi defensif), langkah yang diambil meliputi:
a.    Mengulur waktu
b.    Tidak melakukan apa-apa (not in action / low profile)
c.    Membentengi diri dengan kuat (stone walling).

2.        Adaptive Strategy (strategi adaptif), langkah-langkah yang diambil mencakup hal-hal sebagai berikut :
a.    Mengubah kebijakan
b.    Modifikasi operasional
c.    Kompromi
d.    Meluruskan citra.
e.    Dynamic Strategy (strategi dinamis), strategi ini bersifat makro dan dapat mengakibatkan berubahnya karakter perusahaan atau organisasi, meliputi :
a.    Merger dan akuisis
b.    Investasi baru
c.    Menjual saham
d.    Meluncurkan produk baru atau menarik peredaran produk lama
e.    Menggandeng kekuasaan
f.     Melemparkan isu baru untuk mengalihkan perhatian.

Pada saat krisis berlangsung, bagaimana praktisi Public Relations bisa menyiapkan segala hal untuk menanggulangi krisis agar tidak terjadi hal-hal yang nantinya akan berakibat fatal bagi perusahaan atau organisasi. Fungsi dan tugas Public Relations secara konseptual dan metodologis adalah mengacu dan berupaya untuk membangun, membina hubungan yang harmonis melalui sistem saluran komunikasi dua arah dan melancarkan publikasi antar organisasi dengan publik (khalayak sasaran) atau sebaliknya publik dengan perusahaan atau organisasi, agar tercapai opini dan persepsi yang positif untuk memperoleh citra perusahaan atau organisasi yang baik serta mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Sementara Putra mengemukakan adanya dua tindakan khas yang menjadi tuntutan dalam mengangani krisis. Pertama tindakan yang bercirikan pada keterlibatan langsung oleh manajemen dalam merespon krisis. Tindakan ini disebut sebagai pendekatan perilaku karena tindakan atau aksi apa yang menjadi tugas manajemen dalam mengelola krisis. Tindakan yang kedua adalah tindakan ini meliputi apa yang harus dikatakan oleh organisasi ketika krisis sedang terjadi. Sebab ketika sebuah lembaga mengalami krisis, biasanya permintaan informasi mengalami peningkatan, dalam menghadapi permintaan informasi oleh berbagai pihak, maka public relations harus segera bertindak yaitu dengan segera, jujur dan tepat disertai penjelasan untuk mengurangi ketidakpastian, kepanikan dan kebingungan yang biasanya muncul diantara krisis. Tindakan komunikasi yang dilakukan harus mendukung tindakan manajemen yang telah dijalankan oleh organisasi.



Sumber:

Kasali, Rhenald. 2013. Manajemen Public Relations: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Fajar, Arief. 2011. “Sistem Kendali dan Strategi Penanganan (Manajemen) Krisis Dalam Kajian Public Relations. Jurnal Komunikasi, (Online), Vol. 1, No. 3.

Rosady, Ruslan. 2007. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi    Konsep dan Aplikasi (edisi revisi). Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.


Penulis: Oktavianingsih

Load disqus comments

0 komentar