Hubungan masyarakat adalah suatu fungsi manajemen yang dapat
membantu dalam memilih saluran komunikasi bersama, saling pengertian,
pengendalian dan kerjasama diantara organisasi dengan publik-publikya untuk
membicarakan isu-isu pengelolaan, meningkatkan pengetahuan dan tanggap terhadap pendapat umum, serta
mengabdi dengan penuh tanggung jawab terhadap kepentingan umum, bertindak untuk
memberikan arah kebijakan yang ditempuh organisasi melalui riset dan
teknik-teknik komunikasi sebagai instrumennya. (Adnan dan Cangara, 1996 : 21)
Strategi yang digunakan praktisi Public Relations dalam merespon krisis
menunjukkan bagaimana sikap yang diambil oleh organisasi pada saat krisis
sedang berlangsung, sehingga posisi Public Relations dalam manajemen krisis
bisa diibaratkan sebagai ujung tombak. Agar fungsi strategis ini dapat
dijalankan dengan baik, posisi bidang Public Relations harus langsung dibawah
pimpinan puncak.
Menurut Cultip & Center, dalam bukunya Effective Public
Speaking mengatakan bahwa idealnya bagian Humas dimasukkan dalam staf inti,
langsung berada dibawah pimpinan (decision making) atau top
managers, agar lebih mampu dalam menjalankan
tugasnya. Dengan posisi tersebut Praktisi PR/Humas dapat mengetahui secara
langsung latar belakang dari suatu keputusan yang diambil oleh pimpinan
lembaga, sehingga langsung mendapat bahan informasi untuk disampaikan kepada
public yang bersangkutan. Dengan demikian insan public relations mempunyai kewenangan
yang memungkin kan fungsi
tersebut dapat dijalankan secara efektif. Dalam kaitannya dengan penanganan
krisis, public relations memiliki tanggung jawab besar, mengingat dampak
negatif dan kerugian besar, bahkan citra organisasi atau perusahaan akan terancam
dengan adanya krisis.
Praktisi Public Relations sebagai bagian yang ikut
berkepentingan menangani krisis, dapat menggunakan strategi 3P, sebagai
berikut:
1.
Strategi
pencegahan
Yaitu tindakan preventif melalui antisipasi terhadap situasi
krisis. Dalam hal ini Public Relations dituntut memiliki kepekaan terhadap
gejala-gejala yang timbul diawal sebelum krisis terjadi, dituntut untuk
memiliki kemampuan berpikir strategis dalam menganalisa dan sekaligus
memposisikan masalah krisis agar nantinya dapat dicegah secara dini.
2.
Strategi persiapan
Apabila
krisis tidak dapat dicegah sejak dini, maka diperlukan langkah-langkah sebagai
berikut :
Membentuk tim krisis harus
selalu mengadakan komunikasi agar suasana krisis dapat terpantau.
Tim krisis harus dapat
informasi yang jelas dan akurat tentang perkembangan krisis, sehingga informasi
yang diberikan kepada pers tidak menyimpang dengan situasi yang sebenarnya.
3.
Strategi penanggulangan
Yaitu apabila strategi pencegahan dan
persiapan tidak sempat dilaksanakan, langkah terakhir yang diambil strategi
penaggulangan yaitu masa kuratif. Dalam strategi penanggulangan terdapat langkahlangkah yang
harus diambil sesuai dengan situasi dan kondisi. Penanggulangan krisis harus
segera diatasi, sebab hal tersebut dilakukan agar krisis tidak menyebar dan
berkembang ke sektor lain. Selain itu agar operasional organisasi tidak
terganggu dan berjalan efektif. Dengan mengevaluasi krisis yang terjadi
bertujuan untuk melihat sejauh mana perkembangan krisis di masyarakat, serta
untuk mengetahui dimana kelemahan dan kelebihan dalam pelaksanaan program
manajemen krisis. Soemirat dan Ardianto menawarkan strategi penganggulangan
krisis sebagai tindakan kuratif. Tindakan ini dilakukan jika krisis telah
benar-benar terjadi dan tidak sempat atau dapat mencegahnya. Strategi
penaggulangan tersebut mencakup dua hal :
1.
Kondisi Krisis Akut
Penanggulangan yang dilakukan dalam
kondisi ini meliputi :
a.
Identifikasi
krisis
Ini merupakan langkah awal dan pertama
yang harus dilakukan oleh suatu lembaga untuk menentukan jenis krisis, bentuk
krisis dan penyebab krisis. Sebab hal ini akan menentukan scenario yang akan
diambil.
b.
Isolasi
krisis
Langkah ini dilakukan selain agar krisis
tidak menyebar ke sector lain juga agar kegiatan operasional tidak terganggu
dan efektifitas penanggulangan dapat ditingkatkan serta kosentrasi Public
relations tidak terpecah.
c.
Pengendalian
Krisis
Pengendalian sangat berkaitan erat dengan
identifikasi krisis. Umumnya setelah krisis berhasil diidentifikasi
penanggulangan dapat dilaksanakan yang berarti krisis berhasil dikendalikan.
2.
Kondisi Kesembuhan
Kondisi ini merupakan saat dimana suatu
lembaga mengintropeksi dan melakukan evaluasi mengapa krisis bisa terjadi.
Ketika dinyatakan sembuh dari krisis dan bisa beroperasi kembali seperti
semula, maka untuk mengembalikan nama baik dan citra akan menjadi tugas Public
Relations.
Disamping itu masih ada tugas yang penting
bagi manajemen (melalui public relationsnya) yaitu mengevaluasi setiap langkah
yang diambil dalam melaksanakan program manajemen krisis. Evalusi ini dilakukan
untuk mengetahui dimana kelemahan dan kelebihan dalam melaksanakan program
manajemen krisis. Sebelum mengambil langkah-langkah komunikasi untuk
menanggulangi krisis, penetapan strategi generik perlu dilakukan, antara lain:
(Kasali, 1994).
1.
Defesive Strategy (startegi defensif),
langkah yang diambil meliputi:
a. Mengulur waktu
b. Tidak melakukan apa-apa (not in action /
low profile)
c. Membentengi diri dengan kuat (stone walling).
2.
Adaptive Strategy (strategi adaptif),
langkah-langkah yang diambil mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. Mengubah kebijakan
b. Modifikasi operasional
c. Kompromi
d. Meluruskan citra.
e. Dynamic Strategy (strategi dinamis),
strategi ini bersifat makro dan dapat mengakibatkan berubahnya karakter
perusahaan atau organisasi, meliputi :
a. Merger dan akuisis
b. Investasi baru
c. Menjual saham
d. Meluncurkan produk baru atau menarik
peredaran produk lama
e. Menggandeng kekuasaan
f. Melemparkan isu baru untuk mengalihkan perhatian.
Pada saat krisis berlangsung, bagaimana praktisi
Public Relations bisa menyiapkan segala hal untuk menanggulangi krisis agar
tidak terjadi hal-hal yang nantinya akan berakibat fatal bagi perusahaan atau
organisasi. Fungsi dan tugas Public Relations secara konseptual dan metodologis
adalah mengacu dan berupaya untuk membangun, membina hubungan yang harmonis
melalui sistem saluran komunikasi dua arah dan melancarkan publikasi antar
organisasi dengan publik (khalayak sasaran) atau sebaliknya publik dengan
perusahaan atau organisasi, agar tercapai opini dan persepsi yang positif untuk
memperoleh citra perusahaan atau organisasi yang baik serta mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan.
Sementara Putra mengemukakan adanya dua tindakan khas
yang menjadi tuntutan dalam mengangani krisis. Pertama tindakan yang bercirikan
pada keterlibatan langsung oleh manajemen dalam merespon krisis. Tindakan ini
disebut sebagai pendekatan perilaku karena tindakan atau aksi apa yang menjadi
tugas manajemen dalam mengelola krisis. Tindakan yang kedua adalah tindakan ini
meliputi apa yang harus dikatakan oleh organisasi ketika krisis sedang terjadi.
Sebab ketika sebuah lembaga mengalami krisis, biasanya permintaan informasi
mengalami peningkatan, dalam menghadapi permintaan informasi oleh berbagai
pihak, maka public relations harus segera bertindak yaitu dengan segera, jujur
dan tepat disertai penjelasan untuk mengurangi ketidakpastian, kepanikan dan
kebingungan yang biasanya muncul diantara krisis. Tindakan komunikasi yang
dilakukan harus mendukung tindakan manajemen yang telah dijalankan oleh
organisasi.
Sumber:
Kasali,
Rhenald. 2013. Manajemen Public Relations: Konsep dan Aplikasinya di
Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Fajar,
Arief. 2011. “Sistem Kendali dan Strategi
Penanganan (Manajemen) Krisis Dalam Kajian Public Relations.” Jurnal Komunikasi, (Online), Vol. 1, No. 3.
Rosady, Ruslan. 2007. Manajemen Public Relations &
Media Komunikasi Konsep dan Aplikasi
(edisi revisi). Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Penulis: Oktavianingsih
0 komentar