Minggu, 04 November 2018

Langkah Pemerintah Venezuela dalam Mengatasi Krisis Ekonomi


Krisis ekonomi atau keuangan terjadi di Venezuela sejak empat tahun lalu. Hiperinflasi yang terjadi di negara tersebut bahkan hingga mencapai 2616 % menurut Majelis Nasional Venezuela yang dipimpin oleh partai oposisi. Sedangkan International Monetary Funds (IMF) berpendapat bahwa inflasi di Venezuela akan mencapai hingga 1.000.000% di tahun 2018. 

Salah satu dampak adanya hiperinflasi tersebut adalah kelaparan, kemiskinan, dan pengangguran yang melanda di berbagai titik disana sehingga sekitar 2,3 juta warga negara Venezuela harus meninggalkan negaranya ke berbagai negara tetangga misalnya. Selain itu, hiperinflasi juga membuat kondisi politik serta ekonomi menjadi tidak stabil. Kondisi perdagangan internasional disana juga menjadi sangat tidak seimbang sehingga investasi sulit untuk masuk.

Apa yang menyebabkan Venezuela mengalami Hiperinflasi?

Anjloknya harga minyak dunia

Perlu diketahui, sekitar 95% ekspor Venezuela berasal dari adanya penjualan minyak dunia. Namun, seiring dengan melemahnya harga minyak dunia dalam beberapa tahun terakhir dan diikuti penurunan mata uang bolivar yang signifikan, sumber pendapatan Venezuela mengalamai penurunan yang drastis sehingga sangat berdampak pada seluruh elemen perekonomian makro di Venezuela. Hal tersebut menyebabkan inflasi dan pengangguran tidak dapat terbendung, serta terjadinya defisit anggaran.

Pencetakan uang baru yang tak strategis

Pemerintah Venezuela mau tidak mau harus mencetak uang yang sangat banyak akibat dari inflasi yang diakibatkan anjloknya harga minyak dunia untuk menaikkan nilai upah minimum para warganya. Selain itu, faktor lain Venezuela mencetak uang banyak adalah pemerintah setempat pun kesulitan untuk mendapatkan dana pinjaman dari negara-negara lain.  Namun, hal tersebut justru membuat kondisi perekonomian disana semakin buruk. Harga-harga bahan pokok meningkat 2 kali lipat setiap bulannya.

Krisis politik dari oposisi 

Krisis politik yang terjadi disana juga menjadi salah satu penyebab hiperinflasi yang ada di Venezuela. Krisis politik dimulai sejak 2016 lalu. Saat partai oposisi, Democratic Unity, memegang 109 mayoritas kursi di kongres dibandinglan partai sosialis Maduro yang hanya memegang 55 kursi saja. Hasilnya, parlemen Venezuela berhasil memecat anggota kabinet presiden Maduro dan mengesahkan undang-undang reformasi yang tidak dapat dibatalkan. 

Sejak saat itu, presiden Maduro terlihat sangat ingin memperluas kewenangan dan kekuasaan sebagai presiden dengan menggelar pemilu di tahun 2017 untuk menggelar Dewan Konstituen Nasional baru. Hal ini membuat ribuan warga anti_maduro berdemo memprotes pemungutan suara yang tetap digelar pemerintah di seluruh penjuru negeri. Tak jarang demo ini diwarnai kekerasan yang membuat kondisi warga semakin terjerat krisis.

Nilai tukar yang rendah

Selain itu, disamping tanggungan utang negara dan nilai tukar yang rendah, pemerintah Venezuela tidak dapat mengimpor kebutuhan pangan pokok seperti susu, telur, dan tepung. Akibatnya, banyak minimarket dan toko frenchise yang kehabisan stok bahan pangan. Harga kebutuhan pokok lainnya juga tidak terjangkau lagi. Harga seekor ayam mencapai 14 juta bolivar (Rp 950.000,-); harga keju 2,5 juta bolivar (Rp 440.000,-), harga sabun 3,5 juta bolivar(250.000,-); dan harga daging sebesar 9,5 juta bolivar (Rp 557.000,-).

Langkah pemerintah Venezuela hadapi krisis

Penciptaan uang kripto

Untuk berjuang di tengah krisis ekonomi dan krisis politik yang cukup parah, Presiden Maduro memerintahkan semua bank untuk mengadopsi mata uang digital (cryptocurrency) petro sebagai alat untuk pengendali hiperinflasi dan pelindung dari sanksi keuangan dari Amerika Serikat (AS). 

Sebenarnya langkah ini tidak sangat berpengaruh saat ini dikarenakan kripto sendiri tidak memiliki nilai yang stabil. Meskipun begitu, kemungkinan besar uang kripto Venezuela akan menjadi percontohan bagi negara lain yang mau mencoba menerapkan hal serupa, yaitu merilis uang kripto resmi negaranya.

Menaikkan harga BBM

Selain itu, Venezulea juga mencoba untuk menaikkan harga bahan bagar minyak untuk pertama kalinya dalam 20 tahun terakhir yang mulai berlaku Oktober 2018. Meskipun mengalami kenaikkan, presiden Maduro mengklaim Venezuela masih menjadi negara dengan harga BBM yang termurah. Harga premium akan naik setara Rp 135,- menjadi Rp 8000,- untuk perliternya. Sedangkan untuk bahan bakar minyak berkadar lebih rendah naik Rp1300,-/liter.

Redenominasi mata uang

Pemerintah Venezuela juga menerapkan redenominasi untuk mengatasi krisis ekonomi yang ada di negaranya. Redenominasi adalah penyederhanaan nilai mata uang menjadi lebih kecil tanpa mengubah nilai tukarnya. Mata uang bolivar dipangkas hingga lima angka nol dari sebelumnya. Hal ini sudah mulai diterapkan seiring dengan imbauan dari pemerintah setempat agar masyarakat segera menukarkan uang lama dengan uang baru yang sudah di redenominasi pada pertengahan Agustus lalu.

Memang, langkah sulit harus ditempuh oleh presiden Maduro dkk. Segala hal telah dicoba mulai dari konsolidasi dengan rusia, redenominasi, menaikkan harga BBM, hingga menciptakan uang kripto. Namun sangat disayangkan, tampaknya keadaan negara ini juga tak menunjukkan keadaan yang membaik. Harapan satu-satunya dari pemerintah Venezuela adalah menunggu investasi yang besar dari berbagai negeri untuk pembangunan yang inklusif serta bantuan ekonomi dari berbagai negara lainnya.



Penulis: Nurhafidah
Load disqus comments

0 komentar