Krisis ekonomi atau keuangan terjadi di Venezuela sejak empat tahun lalu.
Hiperinflasi yang terjadi di negara tersebut bahkan hingga mencapai 2616 % menurut
Majelis Nasional Venezuela yang dipimpin oleh partai oposisi. Sedangkan
International Monetary Funds (IMF) berpendapat bahwa inflasi di Venezuela akan mencapai hingga 1.000.000% di tahun 2018.
Salah satu dampak adanya hiperinflasi tersebut adalah kelaparan,
kemiskinan, dan pengangguran yang melanda di berbagai titik disana sehingga
sekitar 2,3 juta warga negara Venezuela harus meninggalkan negaranya ke
berbagai negara tetangga misalnya. Selain itu, hiperinflasi juga membuat kondisi politik serta ekonomi menjadi tidak stabil. Kondisi perdagangan internasional
disana juga menjadi sangat tidak seimbang sehingga investasi sulit untuk masuk.
Apa yang menyebabkan Venezuela mengalami Hiperinflasi?
Anjloknya harga minyak dunia
Perlu diketahui, sekitar 95% ekspor Venezuela berasal dari adanya penjualan minyak dunia. Namun, seiring dengan melemahnya harga minyak dunia dalam
beberapa tahun terakhir dan diikuti penurunan mata uang bolivar yang
signifikan, sumber pendapatan Venezuela mengalamai penurunan yang drastis
sehingga sangat berdampak pada seluruh elemen perekonomian makro di Venezuela. Hal
tersebut menyebabkan inflasi dan pengangguran tidak dapat terbendung, serta terjadinya
defisit anggaran.
Pencetakan uang baru yang tak strategis
Pemerintah Venezuela mau tidak mau harus mencetak uang yang sangat banyak
akibat dari inflasi yang diakibatkan anjloknya harga minyak dunia untuk
menaikkan nilai upah minimum para warganya. Selain itu, faktor lain
Venezuela mencetak uang banyak adalah pemerintah setempat pun kesulitan untuk
mendapatkan dana pinjaman dari negara-negara lain. Namun, hal tersebut
justru membuat kondisi perekonomian disana semakin buruk. Harga-harga bahan
pokok meningkat 2 kali lipat setiap bulannya.
Krisis politik dari oposisi
Krisis politik yang terjadi disana juga menjadi salah satu penyebab
hiperinflasi yang ada di Venezuela. Krisis politik dimulai sejak 2016 lalu.
Saat partai oposisi, Democratic Unity, memegang 109 mayoritas kursi di
kongres dibandinglan partai sosialis Maduro yang hanya memegang 55 kursi saja.
Hasilnya, parlemen Venezuela berhasil memecat anggota kabinet presiden Maduro
dan mengesahkan undang-undang reformasi yang tidak dapat dibatalkan.
Sejak saat itu, presiden Maduro terlihat sangat ingin memperluas
kewenangan dan kekuasaan sebagai presiden dengan menggelar pemilu di tahun 2017
untuk menggelar Dewan Konstituen Nasional baru. Hal ini membuat ribuan warga
anti_maduro berdemo memprotes pemungutan suara yang tetap digelar pemerintah di
seluruh penjuru negeri. Tak jarang demo ini diwarnai kekerasan yang membuat
kondisi warga semakin terjerat krisis.
Nilai tukar yang rendah
Selain itu, disamping tanggungan utang negara dan nilai tukar yang
rendah, pemerintah Venezuela tidak dapat mengimpor kebutuhan pangan pokok
seperti susu, telur, dan tepung. Akibatnya, banyak minimarket dan toko frenchise yang
kehabisan stok bahan pangan. Harga kebutuhan pokok lainnya juga tidak
terjangkau lagi. Harga seekor ayam mencapai 14 juta bolivar (Rp 950.000,-);
harga keju 2,5 juta bolivar (Rp 440.000,-), harga sabun 3,5 juta
bolivar(250.000,-); dan harga daging sebesar 9,5 juta bolivar (Rp 557.000,-).
Langkah pemerintah Venezuela hadapi krisis
Penciptaan uang kripto
Untuk berjuang di tengah krisis ekonomi dan krisis politik yang
cukup parah, Presiden Maduro memerintahkan semua bank untuk mengadopsi mata
uang digital (cryptocurrency) petro sebagai alat untuk pengendali hiperinflasi dan
pelindung dari sanksi keuangan dari Amerika Serikat (AS).
Sebenarnya langkah ini tidak sangat berpengaruh saat ini dikarenakan
kripto sendiri tidak memiliki nilai yang stabil. Meskipun begitu, kemungkinan
besar uang kripto Venezuela akan menjadi percontohan bagi negara lain yang mau mencoba menerapkan hal serupa, yaitu merilis uang kripto resmi negaranya.
Menaikkan harga BBM
Selain itu, Venezulea juga mencoba untuk menaikkan harga bahan
bagar minyak untuk pertama kalinya dalam 20 tahun terakhir yang mulai berlaku
Oktober 2018. Meskipun mengalami kenaikkan, presiden Maduro mengklaim Venezuela
masih menjadi negara dengan harga BBM yang termurah. Harga premium akan naik setara
Rp 135,- menjadi Rp 8000,- untuk perliternya. Sedangkan untuk bahan bakar minyak
berkadar lebih rendah naik Rp1300,-/liter.
Redenominasi mata uang
Pemerintah Venezuela juga menerapkan redenominasi untuk mengatasi
krisis ekonomi yang ada di negaranya. Redenominasi adalah penyederhanaan nilai
mata uang menjadi lebih kecil tanpa mengubah nilai tukarnya. Mata uang bolivar
dipangkas hingga lima angka nol dari sebelumnya. Hal ini sudah mulai diterapkan seiring
dengan imbauan dari pemerintah setempat agar masyarakat segera menukarkan uang
lama dengan uang baru yang sudah di redenominasi pada pertengahan Agustus lalu.
Memang, langkah sulit harus ditempuh oleh presiden Maduro dkk.
Segala hal telah dicoba mulai dari konsolidasi dengan rusia, redenominasi,
menaikkan harga BBM, hingga menciptakan uang kripto. Namun sangat disayangkan, tampaknya keadaan
negara ini juga tak menunjukkan keadaan yang membaik. Harapan satu-satunya dari
pemerintah Venezuela adalah menunggu investasi yang besar dari berbagai negeri
untuk pembangunan yang inklusif serta bantuan ekonomi dari berbagai negara
lainnya.
Penulis: Nurhafidah
0 komentar