Manajemen krisis merupakan suatu sikap memanage pengelolaan, penanggulangan atau pengendalian krisis hingga pemulihan citra dan reputasi sebuah perusahaan. Sedangkan krisis manajemen merupakan kegagalan dari peranan
manajemen krisis dan persoalannya menjadi sulit untuk dipulihkan karena
perusahaan yang bersangkutan dinyatakan “bubar” baik secara hukum maupun
operasionalnya.
Bencana dapat didefinisikan sebagai kejadian
yang mengganggu kehidupan normal dan mengakibatkan penderitaan yang melampaui
kapasitas manusia untuk menyesuaikan diri/mengatasinya (WHO, 2002). Dampak
bencana alam tidak hanya dirasakan pada individu, keluarga, atau komunitas yang
mengalami paparan bencana alam secara langsung namun juga yang tidak langsung
karena melihat bencana dan dampaknya melalui media televisi atau koran dapat
menyebabkan merasakan bencana meskipun tidak seberat yang mengalami langsung.
Fokus psychological first aid utamanya
diberikan kepada individu atau komunitas yang mengalami bencana alam dan
berpotensi mengalami masalah kesehatan fisik ataupun mental. Psychological
first aid menyasar pada kebutuhan dasar individu yang mengalami kondisi darurat
atau trauma antara lain pengurangan bahaya yang memberikan ancaman,
meningkatkan rasa kontrol, penyediaan serta pemberian informasi yang dibutuhkan,
kebutuhan dasar terpenuhi seperti makanan, minuman, kesehatan, tempat
berlindung, dan arah untuk masa depan setelah mengalami bencana.
Contoh Kasus Manajemen Krisis Yang Disebabkan
Bencana Alam Pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Indonesia rentan terhadap
bencana alam dan peristiwa-peristiwa di luar kendali kami, yang berpengaruh
negatif pada bisnis dan hasil usaha kami
Banyak daerah di Indonesia, termasuk daerah di mana kami beroperasi, rentan
terhadap bencana alam seperti banjir, petir, angin ribut, gempa bumi, tsunami,
letusan gunung berapi, kebakaran dan juga kekeringan, pemadaman listrik dan
peristiwa lainnya yang berada di luar kendali kami. Kepulauan Indonesia adalah
salah satu daerah vulkanik paling aktif di dunia karena berada di zona konvergensi
dari tiga lempeng litosfer utama, sehingga mengalami aktivitas seismik yang
dapat menyebabkan gempa bumi, tsunami atau gelombang pasang yang merusak. Dari
waktu ke waktu, bencana alam telah menelan korban jiwa, merugikan atau membuat
sejumlah besar masyarakat mengungsi dan merusak peralatan kami.
Peristiwa-peristiwa seperti ini telah terjadi di masa lalu, dan dapat terjadi
lagi di masa depan, mengganggu kegiatan usaha kami, menyebabkan kerusakan pada
peralatan dan memberikan pengaruh buruk terhadap kinerja finansial dan
keuntungan kami.
Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa bencana
alam telah terjadi di Indonesia (selain tsunami di Asia pada tahun 2004),
termasuk tsunami di Pangandaran, Jawa Barat pada tahun 2006, gempa bumi di
Yogyakarta, Jawa Tengah pada tahun 2006, erupsi yang kemudian berkembang
menjadi banjir lumpur panas di Sidoarjo Jawa Timur di tahun 2006, serta gempa
bumi di Papua, Jawa Barat, Sulawesi dan Sumatera pada waktu yang berbeda di
tahun 2009.
Gempa bumi yang melanda sebagian wilayah Jawa Barat pada tanggal 2 September
2009 menyebabkan kerusakan pada aset Perusahaan. Pada tanggal 30 September 2009
terjadi gempa di Sumatera Barat, yang mengganggu penyediaan layanan
telekomunikasi di beberapa lokasi. Walaupun Tim Manajemen Krisis kami bekerjasama
dengan karyawan dan mitra kami berhasil memulihkan layanan dengan cepat, gempa
tersebut menyebabkan kerusakan parah terhadap aset kami. Ada sejumlah gempa
bumi terdeteksi pada tahun 2010 hingga 2013, walau tidak satupun yang
memberikan risiko signifikan terhadap bisnis kami pada umumnya.
Banjir bandang dan banjir yang lebih meluas terjadi secara rutin selama musim
hujan dari bulan November sampai bulan April. Kota-kota besar khususnya
Jakarta, sering mengalami banjir parah yang mengakibatkan gangguan besar, dan
kadang-kadang menimbulkan korban jiwa. Jakarta mengalami banjir yang signifikan
pada bulan Februari 2007 dan Solo di Jawa Tengah pada bulan Januari. Pada bulan
Januari 2009 terjadi hujan deras yang menyebabkan runtuhnya sebuah bendungan diluar
Jakarta, membanjiri ratusan rumah di daerah padat penduduk dan menyebabkan
kematian sekitar 100 orang. Longsor terjadi secara rutin di daerah pedesaan
selama musim hujan.
Ada banyak gunung berapi di Indonesia yang
dapat meletus tanpa peringatan. Pada bulan Oktober dan November 2010, Gunung
Merapi di Jawa Tengah meletus beberapa kali, menelan korban jiwa sekitar 140
orang, beberapa ratus ribu orang lainnya pada radius 20 km terpaksa mengungsi,
menyebabkan kerusakan properti senilai miliaran Dolar dan mengganggu perjalanan
udara. Sejak bulan April 2008, Gunung Soputan di Sulawesi Utara, Gunung Egon di
Pulau Flores, Nusa Tenggara, Gunung Ibu di Maluku Utara dan Anak Krakatau di
Selat Sunda telah menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik. Gunung Sinabung 60
km barat daya dari Medan, kota terbesar Sumatera Utara, meletus pada tanggal 29
Agustus 2013 setelah tidak beraktivitas selama 400 tahun, dan kembali meletus
bulan November 2013. Abu dan asap belerang dari gunung berapi telah menyelimuti
pedesaan dan tanaman. Pada tahun 2010, kabel bawah laut yang merupakan bagian
dari backbone kami mengalami kerusakan akibat dari tsunami di Sumatera Barat
dan gempa di Sumbawa. Atas kerusakan tersebut, sudah dilakukan perbaikan.
Meskipun kami telah menerapkan Rencana Kelanjutan
Usaha (Business Continuity Plan/“BCP”) dan Rencana Pemulihan Bencana (Disaster
Recovery Plan/“DRP”) yang diuji coba secara berkala, serta telah
mengasuransikan aset kami untuk melindungi dari kerugian akibat bencana alam
atau fenomena lainnya yang terjadi di luar kendali kami, tidak ada jaminan
bahwa perlindungan asuransi akan cukup untuk menutupi potensi kerugian, atau
bahwa premi yang dibayarkan untuk polis asuransi tersebut ketika diperbarui
tidak akan naik secara substansial di masa depan, maupun bahwa bencana alam
tidak akan mengganggu operasional kami secara signifikan.
Kami tidak dapat memberi jaminan bahwa
peristiwa geologis atau meteorologis di masa depan tidak akan berdampak lebih
besar pada perekonomian Indonesia. Gempa bumi besar, gangguan geologis atau
bencana lain akibat gangguan cuaca di kota yang padat penduduk manapun dan
pusat-pusat keuangan di Indonesia dapat sangat mengganggu ekonomi Indonesia dan
menurunkan kepercayaan investor, sehingga berpengaruh pada bisnis, kondisi
keuangan, hasil operasi dan prospek usaha kami. Operasional kami dapat
terpengaruh oleh merebaknya wabah flu burung, virus flu A (H1N1) atau epidemi
lainnya Merebaknya wabah flu burung, virus flu A (H1N1) atau epidemi serupa,
ataupun langkah-langkah yang ditempuh pemerintah di negara-negara yang
terjangkit, termasuk Indonesia, dalam menghadapi serangan wabah tersebut, dapat
mengganggu perekonomian Indonesia maupun negara-negara lain dan menurunkan
kepercayaan investor, sehingga dapat berpengaruh negatif secara material pada
kondisi keuangan, hasil-hasil operasional maupun harga saham kami. Selanjutnya,
operasi kami dapat terganggu signifikan bila karyawan kami tetap di rumah dan
tidak pada tempat kerjanya untuk waktu yang panjang, sehingga dapat berdampak
negatif secara material terhadap kondisi keuangan atau hasil operasi kami
maupun nilai pasar dari sekuritas kami.
Analisa:
Dalam sebuah proses mengelola suatu usaha terdapat berbagai macam resiko yang
dihadapi termasuk dengan resiko dari bencana alam, maka perusahaan seharusnya
mempunyai planning untung kegiatan pencegahan. Mereka harus tahu skenario
terburuk yang akan terjadi dan harus mempunyai contingency plan dalam
menghadapinya. Apabila pencegahan krisis tidak berhasil maka menurut enam
langkah berikut segera harus di ambil :
- Melakukan Penilaian yang objektif terhadap penyebab Krisis.
- Menentukan apakah penyebab terjadinya krisis memiliki dampak jangka panjang atau hanyalah fenomena sesaat.
- Perhitungkan setiap kejadian dalam krisis dengan cermat sehingga setiap peristiwa yang terjadi dapat diantisipasi dengan baik.
- Memusatkan perhatian pada upaya menyelesaikan masalah.
- Memanfaatkan setiap peluang yang ada untuk memperbaiki keadaan.
- Segera bertindak untuk melindungi cash flow perusahaan
- Bila saja rencana pencegahan yang disusun tidak berhasil sesuai dengan yang diharapkan, sehingga krisis pun terjadi.
Langkah-langkah yang diambil adalah:
- Memperbaiki atau mengimplementasikan rencana krisis.
- Mengkomunikasikan tindakan yang diambil untuk mengatasi krisis pada publik organisasi.
- Menangani publik yang kena dampak.
- Mencari dukungan pihak ketiga dari para ahli.
- Menerapkan program komunikasi internal dan menjalankan program sehari-hari dengan normal.
Pada masa pasca krisis, organisasi biasanya mengambil langkah-langkah
demi perbaikan dalam menghadapi krisis di masa datang, seperti :
- Tetap menjalin hubungan dengan publik organisasi.
- Memantau isu atau krisis yang mengancam.
- Menginformasikan melalui media atau tindakan yang diambil, jika dianggap perlu.
- Evaluasi atau rencana krisis yang ada dan kemudian menyertakan feedback atas rencana krisis yang ada.
- Mengembangkan strategi komunikasi jangka panjang untuk mengurangi kerusakan yang diakibatkan oleh krisis.
0 komentar