Berkembangnya
sebuah perusahaan profit maupun non profit tidak terlepas dari peran serta
divisi humas (hubungan masayarakat) atau publik relations dalam
berorganisasi. Pada dasarnya publik
relations berperan dalam membangun hubungan baik dengan publiknya, dengan
harapan terciptanya citra yang positif
terhadap perusahaan. Cutlip, Center and Broom (2009:5) juga berpendapat
behwa publik relations adalah fungsi manajemen yang membangun dan
mempertahankan hubungan baik bermanfaat antara organisasi dengan publik yang
menentukan kesuksesan atau kekacauan organisasi, sehingga peran penting PR
sebagai fasilitator atas permasalah yang terjadi, termasuk dalam situasi yang
tidak terduga seperti halnya krisis.
Krisis
itu sendiri merupakan suatu keadaan kritis yang berkaitan dengan berbagai
kemungkinan yang berpengaruh negatif terhadap organisasi, sehingga diperlukan
keputusan cepat dan tepat agar tidak mempengaruhi keseluruhan organ suatu
organisasi. G Harison (2006:173).
Sebuah
penelitian telah menemukan bahwa krisis yang terjadi pada PT.Angkasa Pura I
Bandara Internasional I Gustu Ngurah Rai Bali itu disebabkan oleh bencana alam
yakni dampak dari erupsi Gunung Agung. Proses krisis ini terjadi pada 27
November 2017 sampai dengan 29 November 2017 berdasarkan atas notice to airmen (NOTAM) oleh pihak
animav yang kemudian pada pertemuan (emergency operational center) ketua
Otoritas Bandara Wilayah IV bersama dengan General Manager PT. Angkasa Pura I
Bandara International I Gusti Ngurah Rai Bali memutuskan untuk menutup
operasional bandara demi keselamatan penumpang.
Adanya
suatu tim krisis internal (Airport
disaster management) dan tim krisis
eksternal (Emergency operational center)
dalam situasi krisis akan melakukan koordinasi yang dijembatani oleh humas
Ngurah Rai untuk menentukan strategi yang tertuang dalam program atau kebijakan
sesuai dengan analisis situasi. Terbentuknya suatu menejemen krisis bagi tim
krisis yang dikomando oleh humas Ngurah Rai tidak terlepas pada tahapan krisis
itu sendiri, hal tersebut berkaitan karena strategi yang tertuang dalam program
melalui tahapan krisis yang telah dipaparkan, humas dapat menentukan manajemen
krisis secara efektif dan efesien, seperti halnya konsep yang dikemukakan oleh
Steven Fink mengenai anatomi krisis, humas memadukan konsep tersebut sebagai
pertimbangan untuk membentuk manajemen krisis yang dikemukakan oleh Rhenald
Kasali sebagai berikut:
1.
Identifikasi Krisis
Praktik
kerja humas Ngurah Rai ketika awal mengetahui suatu permasalahan langsung
mengidentifikasi yang merupakan suatu langkah yang terdapat pada tahapan pre alert. Menurut Steven Fink tahap
peringatan tersebut sebagai tahan prodromal yang mengindentifikasi krisis
mungkin terjadi dan menimbulkan kehncuran apabila tidak dilakukan penanganan
dengan cepat dan tepat.
Melalui
tahapan identifikasi memungkinakan humas melakukan persiapan, dengan bersikap
waspada terhadap situasi yang terjadi. Humas dalam hal ini merupakan penggerak
dari signal yang ditangkap atas hasil identifikasi yang dilakukan humas itu
sendiri dan instansi terkait.
2.
Analisis Krisis
Analisis
terhadap hasil identifikasi yang dilakukan pada tahap sebelumnya diharapakan
dapat memberikan pengembangan informasi melalui formula yang dijelaskan oleh
Rhenald Kasali bahwa menggunakan formula 5W+1H
merupakan suatu cara agar dapat mengungkapkan dan mengembangkan secara
mendalam sistematis, informatif dan deskriptif mengenai krisis yang terjadi. Formula
tersebut direalisasikan dalam salah satu strategi manajemen krisis yang
dihadapi PT.Angkasa Pura I Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, pada tahap
prodromal atau pre alert analisis
terhadap hasil temuan dapat direalisasikan.
Kegiatan
analisis krisis pada perusahaan dalam menghadapi krisis akbiat erupsi Gunung
Agung disatukan dalam kegiatan identifikasi krisis, karena humas beranggapan
bahwa analisis krisis merupakan satu kesatuan dari identifikasi, sehingga
ketika mendapatkan informasi atau data di lapangan pada kegiatan identifikasi maka akan langsung
akan dilakukan analisis. PT.Angkasa Pura I Bandara Ngurah Rai manggabungkan
kegiatan analisa krisis dengan identifikasi dalam satu rangkaian pada manajemen
krisis Gunung Agung.
3.
Isolasi Krisis
Rangkaian
dari sebuah manajemen krisis memungkinkan perusahaan melakukan isolasi yang
berarti upaya dari pencegahan krisis yang dapat menyebar ke berbagai bagian
dalam perusahaan, sehingga krisis perlu
dikelola sebaik mungkin dengan melakukan karantina sembari menentukan
kebijakan yang tepat dalam situasi tersebut.
Isolasi
atau karantina sebuah krisis dilakukan pada tahapan akut, menurut Steven Fink
mengkonsepkan sebagai tahapan akut dalam sebuah situasi krisis di tandai dengan
gambarannya nyata krisis yang akan semakin dekat terjadi pada sebuah organisasi
atau perusahaan. Tahapan ini krisis telah teeercium oleh publik dan media sudah
mulai memberitakan peristiwa yang sedang terjadi, untuk itu perusahaan pada
tahapan ini sudah melakukan pergerakan dengan mengeluarkan dokumen atau modul
sebagai panduan perusahaan menangani krisis ini.
Berdasarkan
hasil temuan penelitian humas PT.Angkasa Pura I Bandara Inteniasional I Gusti
Ngurah Rai, tidak melakukan isolasi krisis pada situasi yang terjadi akibat
erupsi Gunung Agung yang berdampak padan
Bandara. Bagi perusahaan penyedia jasa Bandara udara belum mengetahui tujuan
dari adanya karantina dari situasi krisis.
Kegiatan
isolasi diartikan sebagai hal yang penting seperti pendapat Renald Kasali bahwa
isolasi krisis merupakan upaya pencegahan krisis agar tidak menyebar luas, dari
pendapat tersebut maka perusahaan berkewajiban untuk melakukan karantina
terhadap krisis yang terjadi saat dampak erupsi Gunung Agung. Kelumpuhan
operasional akibat erupsi yang terjadi memungkinkan krisis yang menyebar,
karena bagi perusahaan yang bergerak dalam hal transportasi udara,
keberlangsungan dan kelancaran operasional adalah penggerak perusahaan ini
dapat beroperasi. Namun ada hal-hal krusial yang harus dilindungi agar tidak terkena dampak dari
krisis tersebut, sehingga sektor-sektor yang lain akan tetap berjalan normal.
4.
Strategi pemulihan
Berdasarkan
defenisi yang dikemukakan oleh Rhenald Kasali mengenai strategi pemulihan
krisis bahwa hal ini merupakan strategi lanjutan dalam daur hidup krisis
berdasarkan analisis situasi. Humas Ngurah Rai melakukan eksikusi program
setelah melakukan analisa terhadap situasi yang terjadi. Eksekusi yang
dilakukan pada tahap gangguan sejak tanggal 21 November 2017 kemudian setelah
dinyatakan penutupan operasional pada tanggal 27 November 2017 yang dinyatakan
pada tahap krisis bagi perusahaan, sehingga dibukanya kembali operasional
Bandara pada tanggal 29 November 2017 merupakan sebuah fase yang dianggap rawan
apabila tidak dilaksanakan dengan baik, karena eksekusi program yang telah
direncanakan pada awal mengidentifikasi dan menganalisa merupakan penentu
keberhasilan atau kegagalan perusahaan dalam menghadapi krisis.
Pasca
terjadinya krisis akibat erupsi Gunung Agung yang berdampak pada penumpukan
jumlah penumpang di Bandara Ngurah Rai, pada tanggal 29 November 2017 pukul
14.28 WITA operasional mulai normal kembali, pengelolaan krisis bagi humas
Ngurah Rai bersama tim krisis tidak dinyatakan selesai begitu saja. Diperlukan
strategi pemulihan yakni upaya lanjutan dari penanganan situasi krisis untuk
memulihkan kembali situasi yang terjaddi untuk beroperasional normal kembali.
Merujuk
pada pernyataan Ahmadd S. Adnanputra bahwa strategi adalah bagian terpadu dari
suatu rencana (plan), yang merupakan produk dari suatu perencanaan (planning)
yang akhirnya perencanaan menjadi bagian dari berjalannnya manajemen. Maksud
dari strategi tersebut diharapakan perusahaan untuk mencapai win-win solution
(menguntungkan kedua belah pihak) antara perusahaan untuk tetap mendapat
kepercayaan publik, penumpang untuk tetap berkunjung dengan aman, nyaman dan
damai di Bali, serta dunia pariwisata Bali yang tetap berkembang demi
perekonomian masyarakat.
PT.Angkasa
Pura I Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai menggunakan strategi adaptif
untuk memulihkan situasi krisis yang terjadi. Seperti pendapat Renald Kasali
mengenai pilihan strategi pemulihan yang dibagi dalam tiga hal, salah satu
strategi dari pilihan tersebut adalah strategi adaptif yang merupakan cara
untuk memulihkan kembali keadaan dengan mengubah kebijakan, memodifikasi
operasional, kompromi dan meluruskan citra.
Humas
Ngurah Rai bersama dengan tim krisis ADMP memilih strategi terbaik karena
melakukan kompromi, menciptakan program melalui kebijakan atas pertimbangan
general manager dan meluruskan keadaan dengan melakukan update informasi.
Menjadi suatu yang di anggap gagah berani untuk memberikan informasi secara
transparan kepada publik. Segala sesuatu yang sedang dihadapi perusahaan, baik
perusahaan dalam keadaan berhasil bahkan perusahaan sedang dalam kondisi
terpuruk sekalipun harus berani menghadapi dengan memberikan informasi yang
sebenar-benarnya atas apa yang sedang dialami perusahaan. Berusaha menghadapi dengan menerapkan strategi
atas hasil analisis merupakan bagian dari bentuk pengelolaan informasi, dengan
tujuan pemberitaan yang beredar di media cetak, elektornik maupun media online tidak “liar” dalam hal ini terarah
pada kasus yang sebenarnya, sehingga perusahaan lebih mudah mengambil langkah
selanjutnya untuk melakukan apa yang terbaik bagi perusahaan.
5.
Program Pengendali
Program
yang dikatakan sebagai langkah penerapan pasca terjadinya krisis merupakan
suatu upaya pengendalian, dengan harapan daur hidup krisis tidak terjadi lagi.
Walaupun krisis yang disebabkan oleh bencana alam yang dalam hal ini adda
erupsi yang terjadi daru Gunung Agung tidak dapat dihindari, namun PT. Angkasa
Pura I Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai dapat lebih tanggap dan
melakukan sesuatu. Humas Ngurah Rai bersama dengan tim krisis memaknai program
pengendali tidak jauh berbeda dengan strategi pemulihan, kedua program yang
dilakukan pada situasi krisis merupakan program yang dilakukan pada saat krisis menghadapi tahap pemulihan.
Bagi
perusahaan, keduanya memiliki tingkat kepentingan yang sama pasca terjadinya
krisis, hanya saja strategi pemulihan lebih bertujuan untuk memulihkan keadaan
untuk beroperasi normal kembali dengan sasaran dari program ini adalah publik
eksternal yang berarti pengguna jasa Bandara udara Ngurah Rai. Dengan adanya
berbagai event yang digalakan serta
berbagai interior pendukung didalam Bandara dapat membantu mengalihkan ingatan
penumpang atas terjadinya situasi krisis pada November 2017,sehingga publik
tetap merasa nyaman ketika mendarat maupun lepas landas melalui Bandara
Internasional I Gusti Ngurah Rai.
Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat ditarik adalah bahwa menejemen krisis yang dilakukan oleh humas
PT.Angkasa Pura I Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali bertujuan
untuk mengelola situasi krisis erupsi
Gunung Agung yang berdampak pada operasional Bandara.
Ini
juga menjelaskan bahwa humas memiliki empat strategi manajemen krisis yang
dituangkan dalam empat tahapan krisis, yakni indentifikasi dan analisis ada
pada tahap pre-alert, eksekusi program pada tahap gangguan, strategi pemulihan
ada pada tahap krisis dan program pengandalian.
Strategi
yang dilakukan humas memiliki perbedaan dengan konsep strategi manajemen krisis
Rhenal Kasali mengenai isolasi krisis, dimana pihak humas belum begitu memahami
adanya isolasi dalam situasi krisis.
Strategi
manajemen krisis humas Ngurah Rai juga menekankan strategi adaptif dengan
melakukan modifikasi operasional, kompromi dan pengalihan fasilitas yang tertuang
dalam prgram kerja humas, sehingga strategi yang direalisasikan dalam
menghadapi situasi krisis dirasa cukup efektif, karena berdasarkan data yang
diperoleh bahwa jumlah penumpang
mengalami pertumbuhan sebanyak 7% dari tahun lalu dengan periode yang sama.
0 komentar