Korelasi antara isu dan krisis dengan reputasi sebenarnya dapat dipandang
dari aset yang dimiliki perusahaan. Pada dasarnya ketika sebuah perusahaan
hendak berdiri atau ingin berkembang, ada dua aset yang perlu diperhatikan:
aset fisik dan non fisik (tangible dan intangible assets).
Dalam konteks yang lebih luas, reputasi dapat terbentuk ketika ada kesesuaian
antara citra (image) yang terbentuk dengan identitas (identity) yang dibangun
perusahaan. Identitas perusahaan merupakan manifestasi visual realitas
perusahaan yang disampaikan melalui nama, logo, moto, produk, pelayanan,
bangunan, alat kantor, seragam dan bentuk fisik lainnya yang diciptakan oleh
perusahaan dan dikomunikasikan kepada seluruh publiknya (Argenti, 2003: 58).
Pada dasarnya reputasi memiliki pengertian yang lebih luas daripada
citra, dan proses terbentuknya reputasi membutuhkan waktu yang lebih lama dari proses
pembentukan citra.
Dalam buku Manajemen Isu & Krisis, Prayudi Menjelaskan
bahwa “reputasi merupakan kesesuaian aplikasi visi dan misi perusahaan yang
tertuang dalam identitas perusahaan yang mewujud dalam aktivitas keseharian
perusahaan dan dipersepsi sama oleh publik eksternal dan internal perusahaan.”
Citra dan reputasi yang positif tidak dapat dibeli, tetapi harus
diraih dalam kurun waktu yang cukup lama. Berbagai perusaan yang memiliki reputasi
bagus, umumnya menikmati enam hal. Pertama, hubungan yang baik dengan para
pemuka masyarakat. Kedua, hubungan positif dengan pemerintah setempat. Ketiga,
resiko krisis yang lebih kecil. Keempat, rasa kebanggaan dalam perusahaan dan
di antara khalayak sasaran. Kelima, saling pengertian kepada khalayak yang menjadi sasaran,
baik internal maupun eksternal. Keenam, meningkatkan kesetiaan para staf
perusahaan (Anggoro, 2002:67).
Menurut survey yang dilakukan oleh Corporate Reputation Watch pada
tahun 2002, ada tiga penyebab yang dipandang sebagai ancaman terhadap reputasi,
yakni:
- Kritik terhadap perusahaan atau produk yang disampaikan melalui media cetak atau media penyiaran.
- Bencana yang mengganggu produksi.
- Tuduhan dari berbagai kelompok kepentingan atau pelanggan tentang keamanan produk.
Hal ini tidak terlepas dari kemampuan media massa untuk membangun
opini publik atas isu yang diberitakan. Pada situasi isu, keberadaan media
massa menjadi amplifikasi dari isu kecil menjadi isu besar dan mengarah pada
terjadinya krisis. Sedangkan pada situasi krisis, kebutuhan publik terhadap
informasi cenderung meningkat dan media menjadi salah satu pilihan utama untuk
mengikuti perkembangan terhadap krisis dan bagaimana pihak manajemen menangani
krisis. Kecelakan pesawat AirAsia QZ 8510 yang hilang dan jatuh di sekitar
perairan Sulawesi pada tanggal 28 Desember 2014 menjadi contoh nyata bagaimana
media massa memainkan peran sebagai sumber informasi utama. Keseriusan pihak
Air Asia dalam menjawab pertanyaan dari media massa, keluarga penumpang, dan
pihak lain tervisualisasikan dengan jelas pada layar televisi nasional yang mencapai
belasan saluran, belum ditambah dengan media cetak dan online yang secara
mendalam mengulas kecelakan tersebut dari berbagai perspektif media.
Kecepatan pihak manajemen dan turun langsungnya CEO AirAsia Tony Fernandez
dalam mengkomunikasikan kebijakan yang diambil berdampak pada kecenderungan
media untuk mencari berita yang berfokus pada pengusaha asal Malaysia ini.
Dampak lebih jauh, pemberitaan seputar kecelakaan tidak menjadi bola liar.
AirAsia mendapatkan dukungan pemerintah dan publik. Perusahaan berhasil menjaga
reputasinya yang selalu menjadi perusahaan penerbangan terbaik berbiaya murah
namun aman di kawasan Asia ini. Dengan demikian, dalam manajemen isu dan
krisis, membangun hubungan baik dengan media massa akan sangat membantu pihak
manajemen perusahaan mengkomunikasikan kebijakan yang diambil perusahaan.
Artinya,
ketika isu berkembang dan krisis terjadi, isu dan krisis bisa mengakibatkan
menurunnya atau rusaknya reputasi perusahaan. Pada saat bersamaan, reputasi
bisa menjadi faktor pendorong bagaimana pihak manajemen harus mengatasi isu dan
krisis yang melanda perusahaan. Reputasi menjadi semangat bagi tim manajemen
isu dan krisis perusahaan dalam berupaya mencegah agar isu dan krisis tidak
berkembang dan mengancam perusahaan.
Penulis: Bayu Mahendra
0 komentar