Hampir semua organisasi pernah mengalami
krisis, wajar kalau kemudian sekarang ini timbul kesadaran dari pimpinan
organisasi bahwa mereka memerlukan kesiapan tersendiri untuk menghadapi krisis,
terutama yang berkaitan dengan media relations atau hubungan dengan pers.
Kesadaran seperti ini, juga dapat diartikan sebagai peluang yang baik bagi para
praktisi PR di organisasi-organisasi.
Seperti diketahui, kemajuan teknologi media,
akan dengan mudah dan cepat menyampaikan informasi krisis ke seluruh penjuru.
Berita mengenai krisis, isu miring, atau pun berita negatif akan dengan cepat
menyebar ke mana-mana. Teknologi internet yang kini menjadi bagian dari
kehidupan kita menyebabkan mudahnya memperoleh informasi.
Penyebab terjadinya krisis adalah karena
keterbatasan manusia mengatasi berbagai tuntutan lingkungan atau kegagalan
teknologi tinggi. Beberapa contoh, memperlihatkan hal tersebut kepada kita.
Musibah lainnya yang dapat menyebabkan krisis adalah pemogokan masal,
kebakaran, kecelakaan, ancaman pengambilalihan perusahaan, peraturan baru yang
merugikan, skandal, resesi ekonomi, dan sebagainya.
Pada dasarnya ada dua macam kemungkinan krisis.
Pertama, yang bisa diperhitungkan, dan kedua, yang tidak bisa diperhitungkan.
Yang bisa diperhitungkan, berkaitan erat dengan karakteristik atau bidang
kegiatan yang digeluti oleh suatu organisasi. Sedangkan yang tidak bisa
diantisipasi adalah krisis eksternal yang juga sama-sama berbahaya.
Organisasi perlu membentuk tim manajemen krisis
yang permanen dan ramping, agar mereka dapat selelu berkomunikasi. Bila terjadi
krisis, tim ini harus mengambil inisiatif dan memberikan respon pertama untuk
menjelaskan kepada publik, jangan sampai tim merespon akibat pertanyaan pers.
Upaya menutup-nutupi krisis bisa berakibat fatal, misalnya pers semakin aktif
menurunkan tim investigasinya untuk mengorek krisis lebih dalam.
Tugas utama yang harus dilakukan oleh tim
krisis adalah melakukan identifikasi krisis dan menentukan langkah-langkah
apa yang harus dilakukan. Semua tim harus bisa menjelaskan pesan-pesan
komunikasi yang sudah disepakati. Tim manajemen krisis harus menghindari
pernyataan off the record, karena dia benar-benar menguasai masalahnya.
Baik sekali kalau diterbitkan buku petunjuk penanggulangan krisis.
Ada hal penting yang diingat oleh praktisi PR,
soal pers, dalam situasi krisis, yaitu :
- Pers beranggapan bahwa berita buruk adalah berita yang baik bagi pers.
- Pers seperti burung pemakan bangkai, akan mencecar korban dengan pertanyaan-pertanyaan yang bisa memojokkan
Dalam konteks tersebut, penting untuk diketahui
bagaimana strategi berhubungan dengan media yang baik. Karena hal demikian
akan menjadi salah satu kunci penting, bagaimana PR dapat mengambil peranannya
dengan baik.
Selain pers, stakeholder lainnya juga
penting untuk dihadapi secara khusus. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan krisis pasti akan diajukan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan. Tim juga harus bisa menjelaskan hal yang sama kepada stakeholder.
Untuk memuluskan program PR, bisa pula
dihadirkan pihak ketiga yang dianggap kompeten dan netral. Pihak ketiga ini
bisa perorangan maupun organisasi yang dianggap bisa memberikan opini yang
independen, namun menguntungkan.
Disinilah peranan lobbying yang
seharusnya selalu dilakukan oleh PR menjadi sangat berarti. Hubungan baik
dengan pihak tokoh masyarakat, para pengamat, LSM, karyawan berpengaruh,
dapat menjadi pihak ketiga yang penting untuk memuluskan program PR, baik
sebagai nara sumber pers, atau pun menjelaskan kepada publik mengenai masalah
yang terjadi.
Dengan demikian, PR dapat berperan sebagai
penarik dan penilai kesimpulan atas opini, sikap serta aspirasi dari berbagai
kelompok masyarakat (internal dan eksternal) yang terkena dampak kegiatan PR.
Selain itu, PR dapat juga mengajukan usul atau saran kebijakan atau etika
perilaku tertentu yang akan menyelaraskan kepentingan klien dengan kelompok
masyarakat tertentu. Juga, PR dapat merencanakan dan melaksanakan rencana janga
pendek, menengah, dan panjang untuk menciptakan dan meningkatkan pengertian dan
pemahanan terhadap objek, kegiatan, metode dan masalah yang dihadapi.
Pentingnya peranan PR dalam menghadapi isu atau
krisis jelas tidak bisa diragukan lagi. Tidak bisa dibayangkan bagaimana
jadinya bila organisasi mengalami krisis dan diisukan negatif, tapi tidak ada
sfat PR yang menanganinya. Pasti isu akan semakin berkembang dan krisis akan
semakin membesar.
Philip Kotler memasukkan humas dalam
konsep Mega Marketing, intinya bangunlah citra melalui PR. Tanpa citra
yang baik, organisasi akan dibenci dan produknya tidak laku. Tugas PR
memang sangat luas, dari menjembatani komunikasi antara perusahaan dengan
masyarakat, menjabarkan misi perusahaan lewat company profile, menggunakan
pers untuk publisitas, meluncurkan opini lewat public figure, dan
sejumlah peran lainnya.
Bahkan karena banyak berurusan dengan opini dan
persepsi publik, PR juga digunakan untuk menyelamatkan nama baik perusahaan.
Tugas PR bisa juga meluruskan opini yang keliru tentang suatu institusi.
Penulis: M. Ilfandi
0 komentar