Isu
adalah suara negatif/miring baik di masyarakat ataupun di media massa tentang
organisasi atau perusahaan kita, tapi belum memberikan dampak yang signifikan
terhadap kinerja organisasi. Apabila
tidak dikelola dengan baik, suatu isu kemungkinannya akan bisa berpengaruh pada
kinerja organisasi atau perusahaan (demonstrasi, mogok kerja, dll). Dengan
demikian maka isu tersebut telah berubah menjadi krisis. Selain dapat menimbulkan
kerugian secara material, seperti menurunnya kinerja yang berakibat pada
penurunan omset penjualan, krisis juga bisa berdampak kepada merosotnya atau
bahkan rusaknya citra organisasi atau perusahaan di mata publiknya. Krisis adalah situasi yang merupakan titik
balik (turning point) yang dapat membuat sesuatu tambah baik atau tambah buruk.
Manajemen krisis adalah proses yang membahas organisasi dengan sebuah
peristiwa besar yang mengancam merugikan organisasi, stakeholders, atau
masyarakat umum. Ada tiga elemen yang paling umum untuk mendefinisi krisis:
ancaman bagi organisasi, unsur kejutan, dan keputusan waktu singkat. Berbeda
dengan manajemen risiko, yang melibatkan menilai potensi ancaman dan menemukan
cara terbaik untuk menghindari ancaman. Sementara manajemen krisis berurusan
dengan ancaman yang telah terjadi. Jadi manajemen krisis dalam pengertian yang
lebih luas merupakan sebuah keterampilan teknis yang dibutuhkan untuk
mengidentifikasi, menilai, memahami, dan mengatasi situasi yang serius,
terutama dari saat pertama kali terjadi sampai ke titik pemulihan kembali.
Media Relations adalah
aktivitas komunikasi public relations/humas untuk menjalin pengertian dan
hubungan baik dengan media massa dalam rangka pencapaian publikasi organisasi
yang maksimal serta berimbang. (Wardhani, 2008:9). Media massa atau pers itu
mempunyai kekuatan yang dahsyat. Sampai-sampai Napoleon Bonaparte pernah mengatakan
“jika media dibiarkan saja, saya tidak akan bisa berkuasa lebih dari tiga
bulan” ini membuktikan bahwa media mempunyai kekuatan yang besar. Oleh sebab
itu, media relations sangat memiliki peran yang penting dalam suatu
perusahaan/lembaga yang mengalami krisis. Karena dengan media suatu krisis
dapat meredam, bahkan sebaliknya. Isu yang berkembang bisa menjadi krisis yang
besar disebabkan oleh media.
Di era informasi seperti sekarang ini semua aspek
kehidupan tidak dapat dilepaskan dari media. Ketergantungan akan media sudah
menjadi bagian dari kebutuhan hidup manusia, karena media merupakan sumber dan
pengolah informasi yang dibutuhkan masyarakat. Bahkan menurut Dennis McQuill media
telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran
dan citra realitas sosial tetapi bagi masyarakat dan kelompok secara
kolektif .
Informasi yang disajikan media telah cukup membantu
dalam memenuhi keingintahuan orang terhadap suatu hal atau kejadian yang sedang
berlangsung sekalipun tidak bisa merasakan atau melihat langsung. Dalam konteks
informasi yang berkaitan dengan krisis, tentu saja intensitas perhatian orang
akan meningkat dan akan selalu mengikuti informasi perkembangannya. Dalam hal
ini, media akan menjadi satu-satunya sumber informasi untuk mengumpulkan,
mengolah dan bahkan menafsirkan informasi. Karena sebagai satu-satunya sumber,
media bebas mengarahkan kemana informasi ini ingin dibentuk apakah untuk
membangun solidaritas, simpati, membangun kesadaran bersama (being together),
atau mereduksi ketidaktentuan (uncertainity) dan ketakutan (fear)
masyarakat . Tentu saja hal itu tergantung pada jenis dan macam krisis
yang terjadi. Namun yang jelas bahwa informasi yang berkaitan dengan krisis
media mempunyai peran yang sangat besar dalam membentuk opini dan simpati
publik.
Penelitian mengenai peran media massa di masa krisis
telah banyak dilakukan oleh banyak ahli terutama ketika krisis sedang
berlangsung. Pemberitaan media mengenai krisis yang tengah berlangsung sangat
dibutuhkan banyak orang karena kemampuannya menyajikan informasi, interpretasi
dan membangun solidaritas. Fungsi solidaritas yang dibangun oleh media
dipandang tidak sekedar memerankan fungsi pengawas (watchdog) selama
krisis berlangsung, namun juga fungsi membangun kesadaran tanggungjawab sosial
(sosial responsibilty) di antara publik.
Sebagai satu-satunya sumber informasi, media bebas
mengarahkan kemana informasi ini ingin dibentuk apakah untuk membangun
solidaritas, simpati, membangun kesadaran bersama (being together), atau
mereduksi ketidaktentuan (uncertainity) dan ketakutan. Pemberitaan media
mengenai krisis yang tengah. berlangsung sangat dibutuhkan banyak orang karena
kemampuannya menyajikan informasi, interpretasi dan membangun solidaritas.
Fungsi solidaritas yang dibangun oleh media dipandang tidak sekedar memerankan
fungsi pengawas (watchdog) selama krisis berlangsung, namun juga fungsi
membangun kesadaran tanggungjawab sosial (sosial responsibilty) diantara
publik.
Peran humas di masa krisis
terhadap media sebelum krisis terjadi:
- Memahami kebutuhan media
- Memegang informasi terbaru tentang perusahaan
- Memiliki kliping perusahaan
Peran humas di masa krisis
terhadap media saat krisis terjadi:
- Bertemu dengan koordinator penanganan krisis untuk memperoleh informasi paling akhir tentang krisis
- Berkonsultasi dengan tim media relations untuk menentukan peryataan apa yang hendak disampaikan ke media
- Menangani krisis secara profesional dengan koordinasi
- Menekankan sisi positif untuk semua pernyataan ke media
Peran humas di masa krisis
terhadap media setelah krisis terjadi:
- Menyususn langkah untuk membangun atau meningkatkan reputasi
- Membuat siaran pers atau iklan yang menyatakan permohonan maaf dan rasa duka cita yang mendalam
Penulis: Devi Sundari
0 komentar