Indonesia adalah negara yang
kaya akan sumber daya alam, tak dapat dipungkiri
akhirnya perusahaan-perusahaan asing melirik kekayaan indonesia. Contohnya
saja PT. Chevron, PT. RAPP dan masih banyak lagi, di sepanjang
tahun 2018 penurunan nilai tukar dollar ke rupiah melonjak tinggi.
Rupiah sempat menyentuh angka Rp. 15.000,- per dollar AS. Hal ini lah yang
membuat krisis keuangan terjadi.
Krisis
juga terjadi ketika pesawat Lion Air jatuh di Solo pada tanggal 30 November
2004 dengan nomor penerbangan JT-538 tergelincir saat hendak mendarat di Bandar
Udara (Bandara), Adisumarmo, Solo, Jawa Tengah. Beberapa jam setelah
kejadian, Public
relations Lion Air muncul dibeberapa stasiun
televisi untuk menyampaikan informasi awal seputar kejadian, baik itu
penyebab kecelakaan, korban
yang jatuh, pernyataan keprihatinan hingga masalah penanganan selanjutnya.
Inilah sebenarnya langkah awal yang dibutuhkan publik agar mendapatkan
kecukupan informasi. Di mata publik juga ini merupakan langkah awal yang baik
sebagai rasa tanggung jawab Lion Air. Pesawat Lion Air pun kini mengalami hal yang
sama seperti kejadian sekitar 14 tahun silam di Solo.
Pesawat
Lion Air dengan penerbangan JT-610 berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta
menuju Pangkal Pinang
mengalami kecelakaan setelah lepas landas pada hari Senin, 29 Oktober 2018
pukul 06.20 WIB. Setelah 13 menit mengudara pesawat jatuh di
Perairan Karawang. Corporate
Communications Strategic of Lion Air, Danang Mandala Prihantoro menyampaikan
informasi “Lion Air sangat prihatin dengan kejadian ini, pihak Lion Air akan
bekerja sama dengan instansi terkait dan semua pihak yang sehubungan dengan
kejadian ini”. Inilah merupakan langkah awal yang sangat dibutuhkan publik
sebagai rasa tanggung jawab Lion Air.
Dari
contoh-contoh krisis diatas. Nah, kali ini saya akan memberikan sedikit ilmu mengenai Krisis, Faktor Penyebab Krisis, Managemen Krisis,
Mengatasi Krisis, dan Kesalahan Penanganan Krisis
1. Memahami krisis
Konflik di dalam organisasi
dapat memicu krisis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), krisis adalah
keadaan yang berbahaya, sementara itu, Robert P. Powell dalam bukunya yang
berjudul Crisis: A Leadership Opportunity (2005), mengungkapkan bahwa krisis merupakan kejadian yang
tidak diharapkan, berdampak drastis, kadang belum pernah terjadi sebelumnya
yang mendorong organisasi kepada suatu kekacauan (chaos) dan dapat menghancurkan organisasi tersebut tanpa adanya
tindakan nyata selain itu, krisis juga dipandang sebagai sebuah titik balik
dalam sebuah organisasi.
Krisis selalu harus ditanggapi
dengan cepat dan tepat didalamnya termuat program kerja yang terencana secara
matang dan berpandangan kedepan. Program kerja, terutama, yang dibidangi oleh
PR harus mampu secara visioner membuat perkiraan sebagai langkah antispasi
krisis. Nah jika memang terjadi krisis harus cepat diredam dan dengan cerdik
mengubah suatu masalah menjadi modal kekuatan.
2. Faktor-faktor Penyebab Krisis
Pertama, Bencana alam. Contohnya gempa bumi,
letusan gunung berapi, dan banjir bandang sering mewarnai kehidupan manusia.
Celakanya, manusia sendiri tidak siap dalam menghadapi kemungkinan bencana.
Setelah terjadi dan tidak dapat ditangani, benca alam memicu sebuah krisis.
Kedua, Kecelakaan Industry, Kebakaran hingga kecelakaan kerja
wajib menjadi perhatian serius sebuah organisasi atau sebuah perusahaan. Jika
tidak diantisipasi, berita buruk akan menjadi santapan lezat bagi media massa.
Ketiga, Kualitas Produk, Cacat produk baik
barang maupun jasa akan mengurangi penilaian konsumen. Kondisi tersebut
berpengaruh secara langsung kepada citra dan reputasi. Menurunnya citra dan
reputasi memangkas kekuatan finansial suatu organisasi.
Keempat, Persepsi Publik, Persepsi publik yang negatif,
terutama ketika terjadi krisis sangat memengaruhi daya tahan organisasi.
Misalnya, setelah ditemukan cacat produk, organisasi tidak segera melakukan
perbaikan. Kondisi tersebut berhasil direkam publik dan citra organisasi
tercoreng. Kerugian dari sisi moral dan finansial jelas akan terjadi. Maka,
krisis persepsi publik mulai lahir.
Kelima, Faktor Hubungan Kerja, hubungan kerja antara pekerja
dan organisasi atau perusahaan harus terkendali. Kekuatan pekerja dapat memaksa
industri untuk gulung tikar. Akibatnya, organisasi terpaksa bertindak agresif.
Hubungan kerja sudah selayaknya dijaga supaya tidak sampai pada level saling
merusak.
Keenam, Kesalahan Strategi Bisnis, Perencanaan dan implementasi
strategi bisnis yang keliru dapat membawa orgasnisasi menuju krisis. Krisis
jenis ini biasanya tidak dapat diprediksi, ini dikarenakan pergeseran pasar
yang mendadak tidak diantisipasi, gagal menyesuaikan diri dengan kebijakan
pasar dan krisis global.
Ketujuh, Kriminalitas, Mulai dari terorisme,
pembajakan, kekerasan, perjudian, pemalsuan hingga pencurian. Tingkat
kriminalitas dapat memicu krisis-krisis apabila organisasi tidak dapat
bertahan.
Kedelapan, Pergantian Manajemen. Pergantian pada jajaran
manajemen, terutama orang-orang yang terpercaya, dan dapat diandalkan, dapat
membuat organisais goyah. Organisasi harus sudah melakukan langkah persiapan
sebelum melakukan regenerasi.
Kesembilan, Persaingan Bisnis. Monopoli organisasi besar
terhadap pasar menyulitkan banyak pihak untuk berinvestasi dan berkembang.
Kerugian menjadi hal yang jamak dan daya tahan organisasi menjadi sangat
teruji. Jika gagal bertahan, krisis level financial akan merembet dengan cepat dan membunuh masa depan organisasi.
3. Managemen Krisis
Upaya
organisasi untuk mengatasi krisis disebut sebagai managemen krisis (crisis
management). Delvin (2007:1) mengatakan “crisis management is special measure
taken to solve problems caused by a crisis.” Istilah ‘solve’ pada definisi
diatas dapat diartikan bahwa upaya mengatasi krisis pada dasarnya merupakan
proses bertahap (step by step) dan melalui rangkaian aktivitas. Pada tahap awal
ini harus membatasi persoalan atau area krisi untuk meminimalkan efek kerusakan
bagi organisasi. Tujuan dari managemen krisis adalah menghentikan dampak
negatif dari suatu peristiwa melalui upaya persiapan dan penerapan bebarapa
strategi dan takti.
4. Mengatasi Krisis
Tidak jarang, krisis
menjatuhkan indivividu atau organisasi dengan keras. Krisis memang menguji daya
tahan dengan kekuatan. Meskipun sangat berat, bukan berarti krisis tidak dapat
diatasi. Berikut beberapa cara meredam dan mengatasi krisis:
Pertama, Meramal. Sejak awal menetapkan
kebijakan dan program kerja, organisasi dan divisi PR harus sudah melakukan
pemetaan faktor hingga resiko dari sebuah krisis yang mungkin terjadi.
Kedua, Mencegah. Mencegah selalu lebih baik
daripada mengobati. Kalimat bijak tersebut juga berlaku untuk krisis.
Organisasi yang baik adalah organisasi yang tanggap terhadap gejolak-gejolak
yang dapat memicu masalah. Divisi PR harus sudah memiliki rancangan dan cetak
biru untuk “memadamkan benih api” sebelum berkembang menjadi “kebakaran”.
Ketiga, Intervensi. Manajemen
organisasi harus berani “turun tangan” untuk ikut
berkerja keras mendukung krisis. Pengendalian keadaan akan menjadi langkah
pertama dan usaha menangani krisis.
Jika gejolak terjadi ditengah
karyawan, intervensi dari manajemen merupakan langkah yang dianjurkan. Namun,
tentu harus selalu dalam koridor konsep PR yang ideal dan justru melahirkan
krisis lanjutan.
5. Kesalahan Penanganan Krisis
- Tidak adanya audit yang ketat.
- Tidak membuat perencanaan sebelum krisis terjadi.
- Tidak membuat rencana krisis.
- Tidak melakukan simulasi situasi krisis.
- Komunikasi internal yang tidak efektif.
- Komunikasi eksternal yang tidak efektif.
- Menganggap dan memperlakukan media seperti lawan.
- Abai tehadap ancaman dan resiko yang dibawa krisis
- Enggan membangun komunikasi dengan publik.
- Kurang efektif ketika memaksimalkan pesan.
- Tidak membentuk sebuah tim khusus menangani krisis.
- Kurang memaksimalkan kekuatan website dan internet.
- Meremehkan potensi dan ancaman krisis
- Gagal membangun hubungan yang harmonis dgn staf dan konsumen.
Kesimpulan
Delvin
(2007:1) mengatakan “crisis management is special measure taken to solve
problems caused by a crisis.” Pada beberapa kasus, krisis terjadi justru diawali oleh konflik
internal yang tidak segera ditangani. Masalah kian membesar dan
konflik internal berkembang menjadi krisis. Langkah-langkah antisipasi dan
solusi harus sudah disiapkan sejak membuat program kerja. Manajemen, dibantu
divisi PR adalah ujung tombak untuk antisipasi konflik dan krisis. Peta konflik
dan krisis membantu organisasi merespons suatu masalah dan memadamkannya
sebelum membakar banyak aspek.
Memetekan konflik dan krisis
ketika merancang program kerja artinya menyiapkan diri sebaik mungkin.
Manajemen krisis membantu organisasi keluar dari saat-saat yang berat dan
menghindari berhentinya roda bisnis. Sikap terbuka, jujur dan bertanggung jawab
kepada publik internal dan eksternal harus dimiliki manajemen dan jajaran
pimpinan. Siap mulai tersebut turut memengaruhi citra dan reputasi, terutama
untuk menghadapi situasi pascakrisis.
Evaluasi merupakan langkah
bijak dalam memandang krisis. Langkah ini menjadi cermin sekaligus bekal pengalaman
menghadapi krisis di masa depan. Jika organisasi abai terhadap evaluasi, dampak
negatif krisis akan terus menggerogoti aspek finansial, moral dan sosial.
Kepercayaan publik akan runtuh dan masa depan organisasi terancam. Pada
akhirnya, konflik dan krisis bukan akhir dunia, tetapi media belajar untuk
menjadi organisasi yang professional dan mempunyai daya juang.
Itulah sedikit ulasan mengenai
Krisis, semoga blog ini bermanfaat dan menambah wawasan teman-teman semua.
Sumber:
Gassing,
Syarifuddin S & Suryanto S. 2016. Public Relations.
Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET
Kriyantono, Rachmat. 2012. Public Relations
& Crisis Management Pendekatan Crtical Public Relations Etnografi Kritis
& Kualitatif. Jakarta: KENCANA
Prenada Media Group.
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3678946/pesawat-jatuh-lion-air-prihatin, diakses pada
tanggal 29 Oktober 2018.
https://www.liputan6.com/news/read/2140328/30-11-2004-lion-air-tergelincir-ke-pemakaman-umum, diakses pada
tanggal 29 Oktober 2018.
http://www.tribunnews.com/bisnis/2018/09/06/harga-dollar-naik-rupiah-melemah-3-hal-ini-perlu-dilakukan-agar-finansial-aman, diakses pada
tanggal 25 Oktober 2018.
0 komentar